Kajian Timur Tengah
Respon Dunia Arab dan Internasional Atas Kudeta Sudan
Pada 25 Oktober 2021, militer Sudan yang dipimpin Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengambil alih pemerintahan melalui kudeta militer.
Asosiasi Buruh Sudan menyerukan kepada warga untuk menentang kudeta dengan tidak mematuhi pemerintahan militer.
Namun persoalan yang muncul karena antara pejabat sipil dalam pemerintahan transisi terjadi begitu banyak perbedaan sehingga membuat lebih sulit untuk melawan kudeta.
Hal yang perlu diperhatikan atas kejadian tersebut bahwa upaya kudeta terjadi hanya dua hari setelah Utusan Khusus AS untuk Tanduk Afrika Jeffrey Feltman bertemu dengan pejabat militer dan sipil Sudan.
Sudan sejak 2019, setelah jatuhnya pemerintahan Omar Bashir telah berada dalam siklus perebutan kekuasaan antara militer , politisi dan perwakilan masyarakat madani.
Pihak anti militer menuduh pejabat militer berusaha mengembalikan kediktatoran sebelumnya.
Peran perwira militer dalam perebutan kekuasaan dan penggulingan Omar Bashir pada 2019 telah memberi beberapa analis harapan bahwa tentara akan memainkan peran pro-demokrasi di Timur Tengah.
Peran perwira militer dalam perang memperebutkan kekuasaan dan penggulingan Omar Bashir pada tahun 2019, menjadi alasan bagi banyak analis dan pengamat politik Timur Tengah berkeyakinan bahwa militer yang akan terus memainkan proses demokratisasi di Timur Tengah untuk tahun-tahun yang akan datang.(*)
Tulisan ini juga diterbitkan pada harian Tribun Timur edisi, Rabu (3/11/2021).
