OPINI
Santun Berbahasa Wujudkan Ketangguhan
Santun berbahasa menjadi poin penting dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Sedangkan dari segi struktur kalimat, penggunaan kalimat yang terstruktur dengan lengkap memiliki nilai kesantunan yang lebih baik bila dibandingkan dengan kalimat yang strukturnya lebih pendek.
Selain itu, kesantunan berbahasa juga perlu memperhatikan beberapa factor yang berpengaruh seperti mitra tutur, usia, pekerjaan, latar belakang daerah, waktu, status sosial, dan topik pembicaraan agar ciri kesantunan berbahasa dapat terwujud dalam kehidupan sehari hari.
Menurut Leech terdapat enam prinsip kesantunan dalam berbahasa yang dikenal dengan istilah maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim penghargaan (approbation maxim), maksim kesederhanaan (modesty maxim) maksim permufakatan (agreement maxim)dan maksim simpati (sympathy maxim).
Perwujudan Ketangguhan
Ketangguhan didefenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat berbuat yang terbaik dari apa yang dipercayakan kepadanya.
Pribadi tangguh memiliki beberapa sifat utama yaitu berani mengambil resiko dalam setiap tindakan, bersemangat, jujur, bertanggung jawab, supel, cenderung memimpin,cerdas, pemurah, mudah berbicara, gigih, rendah hati, dan dapat dipercaya.
Tidak dapat dipungkiri dengan berbahasa santun akan melahirkan kepribadian ‘tangguh’ tersebut.
Seseorang yang santun dalam berbahasa mampu menempatkan dirinya pada lingkungan sosial masyarakat dan memberi manfaat disekelilingnya.
Ketangguhan berbahasa Indonesia mengalami ujian besar di masa covid-19, dimana segenap masyarakat mengalami gejolak karena berbagai himpitan yang berakibat tergerusnya nilai-nilai kesantunan berbahasa.
Kebutuhan akan acuan berperilaku lisan yg memenuhi kaidah sopan santun pun semakin dirasa mendesak.
Apalagi ditengah pandemi Covid-19, era digitalisasi menjadikan tingkat kesopanan daring memburuk karena berbagai berita buruk dan informasi palsu.
Kesantunan bahasa Indonesia di tengah masyarakat akan sangat berpengaruh pada kesehatan diri, menjaga hubungan baik dan rasa saling percaya, termasuk menghindarkan perselisihan, bukan bahasa yang provokatif atau memancing kemarahan yang berdampak pada tangguhnya komunitas masyarakat di masa pandemi ini.