Marketing Intelligence: Pertarungan Dua Lembaga Survey
Jokpro ini bagian dari politik "testing the water". Mereka ingin melihat respon publik apakah mayoritas menerima atau resisten.
Mereka mengejar client dengan berbagai cara yang hanya bisa dipahami di level "high politics".
Bedanya, Qodari menggunakan cara frontal, keras dan menggelegar; gaya palembang ber style preman.
Tapi Denny JA menggunakan style dan tata bahasa yang halus, santun khas sunda.
Keduanya sedang bertarung "merebut pasar" dengan style yang berbeda.
Tapi ada satu yang mereka lupakan dalam strateginya; yaitu variabel Anies Baswedan.
Qodari sudah menutup peluang mendampingi Anies.
Ia tegas memilih mengusung "ultra-nationalist secular".
Denny JA, memilih strategi yang lebih moderat.
Denny dalam analisis terakhirnya justru secara implisit menegaskan kalau penentu arah politik 2024 adalah "pemilih nationalis-religius", yang tentu saja capres tunggalnya adalah Anies.
Mengapa style "marketing intelligence" Denny dan Qodari berbeda? Menurut saya jawabannya sangat sederhana.
Qodari penggemar mpek-mpek Palembang dengan cuka yang pedas, sementara Denny JA penggemar makan sunda yang dominan kombinasi rasa asam dan rasa manis. (*)