Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN WIKI

Begini Penampakan Lesung Raksasa di Seko Luwu Utara Berusia 600 Tahun

Terlepas dari benar tidaknya cerita lisan tersebut, benda yang disebutkan dalam cerita tersebut masih dapat kita lihat

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Imam Wahyudi
zoom-inlihat foto Begini Penampakan Lesung Raksasa di Seko Luwu Utara Berusia 600 Tahun
Balai Arkeologi Sulsel
Lesung raksasa ditemukan di Desa Padang Balua, Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Arkeolog dari Universitas Hasanuddin, Yadi Mulyadi pada saat melaksanakan tugas pengawasan Ujian Nasional tahun 2012 di
SMA Negeri Seko, diajak oleh salah seorang tokoh masyarakat Seko untuk berkunjung ke Situs I’song dan Situs Laliang.

Yadi, memiliki kesimpulan yang sama dengan Ian Caldwell bahwa struktur batu di Situs I’song ini memiliki kesamaan bentuk dengan Kalamba di Lembah Bada, Sulawesi Tengah.

Menurut Yadi, hal ini mengindikasikan adanya hunian manusia pada masa lalu di lokasi ini.

Letak Seko yang berada di tengah, antara situs megalitik Lembah Bada dan Situs Neolitik di Kalumpang, Sulawesi Barat, menjadikan Seko sebagai wilayah yang
menarik untuk diteliti oleh para arkeolog.

Keberadaan Situs I’song dan Laliang di Seko mendorong tim peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, pada 2015 melakukan survei penyelamatan di Seko.

Pada tahun yang sama tim Balai Arkeologi Sulawesi Selatan melakukan penelitian awal di Seko.

Kedua kegiatan penelitian tersebut, berhasil mengidentifikasi situs-situs arkeologi lainnya di Seko selain I’song dan Laliang.

Situs-situs arkeologi di Seko ini memiliki tinggalan arkeologis yang merupakan warisan budaya masa lalu, memiliki nilai penting pengetahuan, sejarah dan kebudayaan.

Dengan demikian situs-situs tersebut memiliki potensi sebagai cagar budaya yang perlu dilindungi dan dilestarikan.

Upaya pelestarian mulai dilakukan oleh masyarakat adat Seko.

Hal ini pula yang melatarbelakangi Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2018 melakukan kajian delineasi di Seko dan berhasil memetakan
luasan untuk masing-masing situs di Seko, termasuk di Situs I’song.

Pada pertengahan 2019, tim peneliti Balai Arkeologi Sulawesi Selatan melakukan penelitian lanjutan di Situs I’song dengan
menerapkan metode ekskavasi yang menghasilkan temuan baru berupa fragmen gerabah.

Sebaran batu bulat yang ditempatkan secara berpola, bongkahan batu yang disusun untuk menyangga dasar I’song dan temuan arang yang terkonsentrasi pada beberapa titik di kotak ekskavasi.

Temuan arang itu merupakan salah satu temuan penting, karena dapat dipergunakan untuk sampel analisis pertanggalan.

Hasil analisis pertanggalan dengan metode C14 atau carbon dating terhadap sampel arang tersebut memberikan informasi bahwa hunian di Situs I’song sudah berlangsung sejak 600 tahun yang lalu.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved