Mukjam Ramadan
WALITUKAMMILU; Ajakan Kesempurnaan Ibadah Umat Muhammad di Bulan Ramadan
KAMPUNG Namirah, Jumat, 8 Dzulhijjah 10 Hijriyah (632 Masehi) adalah momen mengharukan sekaligus menyempurnakan dalam sejarah Islam.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
Sedangkan bentuk lain kata tamat (تمت), yakni utimmu (أَتِمُّوا۟) digunakan Allah di ayat 187 Al Baqarah, untuk menegaskan konteks penyempurnaan bilangan puasa Ramadan siang hingga malam; tsumma utimmu shiyama ila llail (ثمً اتمّوا الصيام الى اليل).
Pun, seperti kata atmamtu (وأتممت), walitukammilu (ولتكمّلواْ) dan akmaltu (اكملت), kata utimmu (اتمّوا) juga tak pernah digunakan di ayat lain dalam Alquran, sekalipun.
Diksi-diksi yang bermakna kesempurnaan dan ketuntasan itu, memang disiapkan Allah SWT di momen-momen khusus.
Dan, penggunaan diksi-diksi khas di momen-momen khas ini adalah salah segelintir mukjizat Al Quran dan "mukjizat" Ramadan.
• SAHIDA: Karena Ramadan Bukan untuk Orang Arab (saja)
Diski-diksi ini ibarat ajakan kongkret dan paripurna Allah SWT untuk umat Muhammad SAW untuk menyempurnakan ibadah, amal baik, dengan memanfaatkan momen bulan Ramadan.
Wallahu a'lam bi shawab.
Seperti uraian si serial Muljam Ramadan 11 (walitukabbiru), kata walitukammilu juga bentuk keinginan Allah melihat hamba-Nya taat mengikuti semua ketentuan bulan Ramadan, agar mereka menjadi manusia taqwa yang bersyukur.
Oleh Abu Hayyan Algarnaty (654 H - 745 H),, ahli nahwu, qiraat sekaligus mufassir ternama kelahiran Andalusia, mengungkapkan; penggalan kalimat walitukmilul iddata dan walitukabbirul Allah, tak bisa diurai secara harfiah dan lughawi saja;
Tak ada I'rabnya, itu kalimat dari Allah yang diturunkan khusus di bulan Ramadan.
Dalam master piece 8 jilidnya; al Bahrul Muhit, Abu Hayyan, hanya mengumpakan penggunaan kalimat itu, seperti batang kayu yang masih bertunas meski sudah berbuah lebat dan manis.(*)
Ambon, 24 April 2021