Arah Baru Peta Politik Sulsel
Citizen Analisis: Jalan Berjejak Andi Amran Sulaiman Menuju Arah Baru Peta Politik Sulsel
Dengan semakin banyak tokoh yang tampil dan digadang, maka rakyat semakin banyak pilihan di arah baru peta politik Sulsel.
Karakter pemilih rasional adalah para pemilih bebas, yang ditentukan oleh pertimbangannya sendiri dengan berdasar pada dampak baik sosial maupun ekonomi yang dihasilkan dari sebuah kepemimpinan.
Bila tidak pengaruhnya, maka konsekuensinya tidak akan memilih lagi, sekalipun secara etnik atau agama punya kedekatan dengan seorang kandidat atau partai politik. Fakta Pileg dan Pilkada di Sulsel beberapa waktu lalu menjadi gambarannya.
Pileg 2019 lalu misalnya, khusus di DPRD Sulsel dari 85 anggota DPRD, 54-nya adalah para politisi pendatang baru.
Demikian juga DPRD Kota Makassar, dari 50 anggota, 26 adalah wajah baru. Para politisi inkumbent yang seharusnya dapat memaksimalkan kapital politiknya, nyatanya tidak lagi dipercaya rakyat duduk di kursi DPRD.
Perubahan juga berbanding lurus dengan dukungan masyarakat yang mudah berganti pilihan baik pada kandidat maupun partai politik.
Dari rekapitulasi KPU, Partai politik dengan perolehan suara meski masih dipuncaki oleh Golkar, namun jumlahnya relatif terus menurun.
Pada Pemilu 2004 masih dapat 1,8 juta suara, pada Pemilu kemarin hanya 833.383 suara. Yang menarik adalah dua partai yang baru mulai berlaga pada Pemilu 2009 dan 2014, Gerindra dan NasDem justru berada di urutan kedua perolehan tertinggi. Masing-masing 645.464 suara dan 684.533 suara.
Selain demografi pemilih Sulsel yang dinamis, tak kalah penting adalah mempertimbangkan kultur masyarakat yang sebagian masih memiliki ikatan kuat primordial atau bahkan sebagian terikat dalam hubungan patron klien.
Meski masih jadi fenomena nasional, namun harus diakui Sulsel relatif cukup kuat.
Lihat saja, dari sejumlah kandidat Pileg yang terpilih itu adalah banyak yang punya hubungan kekerabatan dengan para petahanan di daerahnya.
Mereka turut mewarnai arah baru peta politik Sulsel.
Sebagai contoh, Andi Azizah Irma Wahyudiyati (Demokrat), putra Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid, A Izman Maulana Padjalangi (Golkar) anak Bupati Bone, A Fahsar M Padjalangi, dan Taqwa Muller (Golkar), adik Bupati Luwu Timur Thoriq Husler.
Sekali lagi, mereka turut mewarnai arah baru peta politik Sulsel.
Konfigurasi masyarakat pada satu sisi dan elit politik baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota akan menentukan arah politik Sulsel yang terus berubah ke depan.
Dan dua kondisi itu memberikan harapan sekaligus tantangan bagi Pemimpin Sulsel ke depan.