Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Catatan Tak Terpinggirkan

Kebijakan Mas Menteri Nadiem Makarim Berkutat pada Level Wacana, Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut

gagasan Menteri Nadiem Makarim masih berputar di level wacana,masih kabur pada tahap implementasi yang berterima, Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut

Editor: AS Kambie
Dok Pribadi Aswar Hasan
Dr Aswar Hasan, Dosen FISIP Unhas 

Kedua, adanya gagasan baru yang bersifat terobosan (breakthrough) tersebut, melahirkan kontroversi antara setuju dan tidak setuju dengan alasan masing-masing pihak.

Namun, nuansa kontroversi tersebut harus bersifat vis a Vis antara kubu konservatif dan progressif dan bukan antara kubu yang ingin kebebasan tanpa norma yang melabrak etika  dan norma yang sudah berterima secara standar harmoni dalam bermasyarakat.

Setiap gagasan atau pun konsep yang inovatif pasti diperhadapkan oleh hal-hal yang bersifat kontroversial dalam penerimaannya di masyarakat.

Namun, seiring dengan laju dan dinamika perubahan zaman, inovasi yang baik dan benar bagi masyarakat, akan keluar sebagai pemenang dan tidak hanya semata bertahan dan berputar- putar sebagai wacana semata.

Pertanyaannya, apakah sejumlah konsep atau gagasan Menteri Nadiem telah memenuhi syarat inovatif atau hanya masih merupakan wacana semata?

Jika dia sudah jadi inovasi, maka salah satu indikatornya adalah telah tercipta suasana baru akibat telah terjadinya perubahan.

Pada tataran ini, gagasan Menteri Nadiem Makarim tampaknya masih berputar pada level wacana, dan masih kabur pada tahap implementasi yang berterima.

Ketiga, Solutif. Sejauh mana konsep atau gagasan Menteri Nadiem Makarim, telah menjadi solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia selama ini.

Hingga saat ini, pendidikan di Indonesia terbelenggu oleh 3 (tiga) kemelut yang berlarut-larut-larut sebagai masalah, laksana lingkaran setan yang memerlukan terobosan yang bersifat inovatif dan revolusioner. Ketiga kemelut itu, adalah:

1.Kualitas pendidikan kita masih jauh tertinggal dari tingkat pendidikan dari negara maju. Berdasarkan hasil penelitian seorang Profesor dari Harvard University, Indonesia tertinggal sekitar 1 abad dari segi kualitas pendidikan di banding negara maju.

Membaca adalah parameter utama dan terdepan dalam melihat kualitas pendidikan suatu negara. Sementara itu, menurut UNESCO  tingkat membaca kita termasuk yang terendah di dunia, yaitu dimana kita berada di peringkat 60 dari 61 negara.

2. Kemelut buruknya karakter atau akhlak anak didik. Meskipun  pendidikan karakter telah ditanamkan di sekolah, tetapi pergaulan bebas, komsumsi miras, narkoba, praktek aborsi, tawuran, melawan guru, sudah menjadi hal yang biasa di lingkungan sekolah. Bahkan praktik buruk tersebut tiap tahun makin meningkat. Peran pendidikan Agama di sekolah pun makin dipertanyakan.

3. Menghadapi bonus demographi tenaga muda lepasan sekolah menghadapi tantangan kesiapan dan keterpautan hasil pendidikan untuk serapan secara tepat guna di lapangan kerja ( link and. Match). Sekolah atau pendidikan kita masih gagap dalam merespon lapangan kerja apalagi membuka lapangan kerja.

Itulah 3 (tiga) kemelut pendidikan kita selama ini yang belum terpecahkan dari masa ke masa.

Maju mundurnya sebuah negara sangat tergantung pada kualitas pendidikannya. Itulah sebabnya mengapa penting kita peduli pendidikan, karena kita peduli atas nasib negara ini yang masih tertinggal.Wallahu a'lam bishshawabe.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved