Catatan Tak Terpinggirkan
Kebijakan Mas Menteri Nadiem Makarim Berkutat pada Level Wacana, Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut
gagasan Menteri Nadiem Makarim masih berputar di level wacana,masih kabur pada tahap implementasi yang berterima, Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut
Tulisan opini Aswar Hasan ini dimuat kolom Catatan Tak Terpinggirkan Tribun Timur cetak edisi Sabtu, 13 Februari 2021, dengan judul Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut. Opini Aswar Hasan Pendidikan Kita Masih dalam Kemelut ini terinspirasi dari Diskusi Forum Dosen yang digelar online dan offline di Redaksi Tribun Timur, Makassar, Kamis, 11 Februari 2021.
Oleh Aswar Hasan
Penulis adalah Dosen FISIP Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dalam rangka HUT Tribun Timur Forum Dosen menggelar Diskusi Online via Zoom sekaligus Luring dalam dalam penyerahan kue Ultah Tribun Timur.
Dalam Diskusi Online tersebut, antara lain, hadir serta mantan Rektor Unhas Prof Dr Idrus Paturusi dan Kepala LLDIKTI Wilayah IX Prof Dr Jasruddin MSi.
Diskusinya menarik, karena mengkritisi kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, yang sejak awal menjabat menteri telah mengeluarkan kebijakan pendidikan yang banyak diwacanakan di kalangan masyarakat pendidikan, seperti gagasan pendidikan yang merdeka, sehingga tak jarang menjadi wacana yang kontraversial dalam berbagai level komunitas pendidikan. Terakhir, adalah kebijakan SKB Menteri seragam sekolah.
Disebutkan SKB Menteri seragam sekolah itu terkait khususnya tentang jilbab yang juga ramai di ruang publik, karena memicu kontraversi antara sudut pandang demokrasi dan HAM di satu pihak dan sudut pandang Agama di lain pihak.
Kontraversi SKB Menteri seragam sekolah berkembang menjadi masalah hukum dari perspektif teori, konstruksi, hak konstitusi, dan kewajiban negara untuk mewujudkan masyarakat yang beriman dan bertakwa, serta dari aspek asas manfaatnya dalam konteks berbangsa dan beragama.
Sejak dipilih oleh Prisiden Jokowi Sebagai menteri yang dianggap memiliki wawasan milineal dan kompetensi IT ( informasi dan teknologi) yang tinggi dan bisa melakukan terobosan IT dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, ternyata tidak sesuai harapan.
Konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari Kementerian yang dipimpin Nadiem Makarim tidak juga menghasilkan terobosan dengan hasil yang menggembirakan.
Hasilnya, publik kecewa, dan boleh jadi Presiden pun gagal untuk berhasil mewujudkan obsesinya memajukan pendidikan Nasional melalui terobosan teknologi informasi.
Akhirnya, kekhawatiran sejumlah pihak bahwa Penunjukan Nadiem Makarim dipandang fatal karena mengabaikan aspek pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang mumpuni tentang seluk beluk masalah pendidikan dari pihak ahli di komunitas pendidikan itu sendiri, mulai terbenarkan.
Bahwa ada musibah nasional akibat pandemi Corona virus, sehingga semua sektor tidak bijak dianggap bisa berjalan normal, justru disitulah tantangannya. Dalam melakukan terobosan yang inovatif.
3 Syarat Inovatif
Masa depan Indonesia dengan bonus demografi dari kalangan milenium mensyaratkan kualitas pendidikan yang memajukan melalui konsep dan program yang inovatif.
Suatu konsep dan program yang inovatif mensyaratkan setidaknya 5 (lima) tahapan yang sekaligus menjadi kriteria prinsipil suatu konsep atau program bisa dikatakan inovatif atau tidak, yaitu;
Pertama, harus ada terobosan dari kondisi yang jumud (statis) pada kebiasaan dan cara- cara lama yang sudah out of date menuju cara- cara baru yang up to date
Tampaknya, di kementerian pendidikan dan kebudayaan belum terasa suasana perubahan yang real ke arah perubahan yang lebih baik. Meski pun sudah ramai dalam bentuk wacana yang ramai di perbincangkan seperti konsep belajar merdeka.
Kedua, adanya gagasan baru yang bersifat terobosan (breakthrough) tersebut, melahirkan kontroversi antara setuju dan tidak setuju dengan alasan masing-masing pihak.
Namun, nuansa kontroversi tersebut harus bersifat vis a Vis antara kubu konservatif dan progressif dan bukan antara kubu yang ingin kebebasan tanpa norma yang melabrak etika dan norma yang sudah berterima secara standar harmoni dalam bermasyarakat.
Setiap gagasan atau pun konsep yang inovatif pasti diperhadapkan oleh hal-hal yang bersifat kontroversial dalam penerimaannya di masyarakat.
Namun, seiring dengan laju dan dinamika perubahan zaman, inovasi yang baik dan benar bagi masyarakat, akan keluar sebagai pemenang dan tidak hanya semata bertahan dan berputar- putar sebagai wacana semata.
Pertanyaannya, apakah sejumlah konsep atau gagasan Menteri Nadiem telah memenuhi syarat inovatif atau hanya masih merupakan wacana semata?
Jika dia sudah jadi inovasi, maka salah satu indikatornya adalah telah tercipta suasana baru akibat telah terjadinya perubahan.
Pada tataran ini, gagasan Menteri Nadiem Makarim tampaknya masih berputar pada level wacana, dan masih kabur pada tahap implementasi yang berterima.
Ketiga, Solutif. Sejauh mana konsep atau gagasan Menteri Nadiem Makarim, telah menjadi solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia selama ini.
Hingga saat ini, pendidikan di Indonesia terbelenggu oleh 3 (tiga) kemelut yang berlarut-larut-larut sebagai masalah, laksana lingkaran setan yang memerlukan terobosan yang bersifat inovatif dan revolusioner. Ketiga kemelut itu, adalah:
1.Kualitas pendidikan kita masih jauh tertinggal dari tingkat pendidikan dari negara maju. Berdasarkan hasil penelitian seorang Profesor dari Harvard University, Indonesia tertinggal sekitar 1 abad dari segi kualitas pendidikan di banding negara maju.
Membaca adalah parameter utama dan terdepan dalam melihat kualitas pendidikan suatu negara. Sementara itu, menurut UNESCO tingkat membaca kita termasuk yang terendah di dunia, yaitu dimana kita berada di peringkat 60 dari 61 negara.
2. Kemelut buruknya karakter atau akhlak anak didik. Meskipun pendidikan karakter telah ditanamkan di sekolah, tetapi pergaulan bebas, komsumsi miras, narkoba, praktek aborsi, tawuran, melawan guru, sudah menjadi hal yang biasa di lingkungan sekolah. Bahkan praktik buruk tersebut tiap tahun makin meningkat. Peran pendidikan Agama di sekolah pun makin dipertanyakan.
3. Menghadapi bonus demographi tenaga muda lepasan sekolah menghadapi tantangan kesiapan dan keterpautan hasil pendidikan untuk serapan secara tepat guna di lapangan kerja ( link and. Match). Sekolah atau pendidikan kita masih gagap dalam merespon lapangan kerja apalagi membuka lapangan kerja.
Itulah 3 (tiga) kemelut pendidikan kita selama ini yang belum terpecahkan dari masa ke masa.
Maju mundurnya sebuah negara sangat tergantung pada kualitas pendidikannya. Itulah sebabnya mengapa penting kita peduli pendidikan, karena kita peduli atas nasib negara ini yang masih tertinggal.Wallahu a'lam bishshawabe.(*)