Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mengenang AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata, dari Prajurit Dua ke AKBP, Nikmati Gaji Rp 10 Ribu Sebulan

Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Kabupaten Soppeng, AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata meninggal dunia di usia 66 tahun.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
Foto kenangan almarhum AKBP (Purn) H Sahir Haji Wata dan keluarga. 

Inilah kali pertama saya merasakan kehilangan saudara. Satu kakak wanitaku, Suhartini, (1966) wafat sebelum saya lahir, 1975.

Saya bungsu dengan 10 kakak.

Almarhum Daeng Aji Sahir adalah kakak tertua kedua. Ia dan lima kakakku lainnya mengikuti jejak ayahku; sebagai polisi. Dua kakak wanitaku, juga menikahi anggota Polri dan TNI.

Dimataku, Daeng Aji Sahir, itu sapaanku, termasuk polisi sejati. Tahun 1972, saat baru tamat SMP, ia sudah dipaksa ayahku ikuti jejak kakak tertua, Daeng Haji Abubakar (AKBP purnawirawan).

Pangkat pertamanya, satu balok merah. Ini Bhayangkara Dua (Bharada), tamtama polisi tingkat pertama. Pangkat ini, masih dipakai di satuan Brimob. Inilah pangkat "terendah" anggota Polri.

Saat Polri masih dibawah ABRI, almarhum pernah merasakan pangkat "prajurit satu", pratu. Pernah kakak bercerita, dengan pangkat itu, dulu, gajinya kurang dari Rp10 ribu sebulan. "Saya jadi polisi, waktu Kapolrinya masih Jenderal Hoegeng (Imam Santoso),"

Saat saya masih SD di kampung Ujung Lamuru dan bapak sudah jadi kepala desa, sekitar awal 1980-an, gaji resmi polisi sepangkatan kakak, rerata Rp. 20 ribuan sebulan. Saat almarhum pensiun, 2011, dia menyandang pangkat Ajun Komisaris Besar Polisi .

50 tahun lalu, dia merintis dengan pangkat 1 balok merah di bahu, dan purnawirawan dengan pangkat dua bunga di pundak. "Temme esempema u mancaji polisi ndik, pensiunga', alhamdulillah mancaji dottoroni anaureta, " (saya cuma tamatan SMP masuk polisi, alhamdulillah jadi doktermi kemanakanmu), katanya suatu hari di Kampung Lappariaja, Bone.

Almarhum pensiun dengan jabatan terakhir Pembina di SPN Batua. Dua tahun sebelumnya, dia menjabat Wakapolres Sidrap setelah 5 tahun jadi anggota DPRD Soppeng. Almarhum menghafal rincian pengalaman dan suka duka polisi, terutama saat dia terpilih jadi anggota DPRD Soppeng, dari fraksi TNI/Polri awal dekade 2000-an dan dipercaya jadi Ketua Persatuan Purnawirawan Polri Kabupaten Soppeng, hingga akhir hayatnya.

Terakhir saya bertemu, almarhum 8 November 2020, atau 3 pekan lalu. Di pesta anak kakak sepupu di Lapri Bone.

Kini, di depan jenazahnya, pesan terakhir almahum terus mengiang.

Dalam bahasa Bugis, pesannya; "Terus berjuang tegakkan kebenaran. jangan pernah berhenti untuk kepentingan orang banyak”. dan ternyata, itulah sinyal kepergianmu yang tak kusadari Daeng.

Tentang perjuangan kakak meniti karier sebagai polisi, kerap membuat kami iri, menangis, namun bahagia. Tahun 1980-an, dia sudah menetap di Kota besar. Dialah kakak yang pertama menetap saat Makassar masih bernama Ujungpandang.

Di masa sulit, dekade 1980 dan 1990an, saat gaji bintara polisi masih seperempat juta, dia sudah rela mengambil tanggung jawab ayah;

Beban 8 adik-adiknya yang masih menuntut ilmu diberbagai bangku pendidikan di Makassar, dia emban bersama Daeng Aji Abu. Kesabaran istrinya, Hajjah Hasrah Ngati, yang kebetulan guru di SMPN 5 Makassar, membuat kami adik-adiknya tak sungkan-sungkan mampir makan pagi, siang, malam bahkan kami bersaudara tinggal bersama dan bergilirah di asrama polisinya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved