OPINI
Covid 19, Antara Benci Tapi Rindu
Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat terinfeksi virus corona berkali-kali. Berarti herd immunity tidak akan pernah terjadi.
Oleh: Dr Amir Muhiddin
Dosen Fisip Unismuh Makassar dan Penggiat Forum Dosen Majelis Tribun Timur
Covid-19 mengingatkan saya pada lagu Benci Tapi Rindu karya musisi terkenal Rinto Harahap yang dipopulerkan Diana Nasution.
Lagu ini menjadi sangat populer pada masanya karena tak hanya syair dan aransemen musiknya yang menarik, tetapi juga karena menjadi lagu film dengan judul yang sama.
Film ini yang disutradarai oleh Ratno Timoer ini dirilis tahun1979. Dibintangi Yati Octavia dan Pangky Suwinto.
Beberapa bait syairnya seperti sakitnya hati ini, namun aku rindu. Bencinya hati ini, tapi aku rindu.
Bait syair lagu ini terasa sangat relevan dengan suasana kebathinan masyarakat saat ini yang sedang gundah kelana karena covid 19.
Benci
Mereka benci Covid-19, bukan saja karena telah merengguk kebebasan manusia, tetapi telah merengguk banyak nyawa keluarga mereka.
Benci karena tidak bisa keluar rumah tanpa masker. Tidak bisa berinterasi fisik kecuali dengan jarak tertentu.
• Pakar Epidemiologi Unhas: Waspada Penyakit Menular sebagai Dampak Lanjutan Bencana di Lutra
Karena Covid-19, banyak di antara kita tidak bisa berolahraga dengan melibatkan banyak orang.
Juga tidak bisa ke tempat hiburan tertentu, ke bioskop, ke stadion, ke pasar moderen dan tradisional, tidak bisa melaksanakan nikah dan pesta yang melibatkan banyak orang, dan sebagainya.
Beberapa bulan lalu ketika Pemerintah Amerika mengambil kebijakan lockdown akibat covid-19 yang telah merengguk nyawa banyak warganya, ribuan pemuda berunjuk rasa menentang kebijakan ini.
Para penentang itu menganggap lockdown telah membatasi kebebasan mereka. Bahkan disebut melanggar HAM.
Kebijakan PSBB beberapa daerah di Indonesia dengan bentuk regulasi turunannya membuat ekonomi menjadi stagnan bahkan terhenti dan berakibat pada PHK, ujung-ujungnya peningkatan pengangguran di mana-mana.
Sebagian rumah ibadah ditutup sementara, sekolah dan lembaga pendidikan diliburkan.
Ini kebijakan yang menyakitkan, tapi apa boleh buat langkah pemerintah ini untuk kemaslahatan dan keamanan warganya.
• Pasien Covid-19 Sembuh di Sulbar Kini 104 Orang
Pemerintah DKI Jakarta, Kamis (15/7/2020) lalu, memperpanjang kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk tahap ketiga menyusul semakin tingginya lagi orang yang positif covid 19.
Hal yang sama, kemungkinan akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Jawa Timur menyusul Sulsel.
Menurut Epideomolog Unhas Prof Ridwan Amiruddin (Tribun Timur, 16 Juli 2020), Sulsel sedang berada pada posisi darurat Covid 19 karena positif rate (PR) terhadap pemeriksaan spesimen telah mencapai sekitar 14 persen, bahkan di atas PR nasional yang hanya 12 persen.
Angka ini tiga kali lipat dari standar PR terekendali secara nasional terhadap covid 19 yang seharusnya di bawah 5 persen.
Kalau langkah pemda Sulsel akan lebih ketat lagi maka ini akan melahirkan lagi kebencian, tapi maaf, ini mungkin karena tuntutan dan keharusan untuk melindungi warganya.
Rindu
Sakitnya hati ini, Namun aku rindu, Bencinya hati ini, tapi aku rindu.
Syair lagu ini saya ulang lagi untuk mengatakan bahwa saat ini masyarakat sedang rindu untuk hidup seperti sedia kala, ketika covid 19 belum ada.
Mereka rindu kepada orang tuanya nun jauh di sana. Mereka rindu dengan sahabat karib yang telah berpisah selama enam bulan.
• Kronologis Tabrakan Mobil Dinas Ketua DPRD Barru, Sopir Alami Luka Memar
Mereka rindu bercengkrama, bersendagurau teman-teman sekolah, teman kuliah, teman sekantor dan teman-teman lainnya.
Tapi apa apa boleh buat, covid-19 ini belum juga pamit, malah semakin menasbihkan dirinya seakan dia juga berhak atas negeri ini.
Mereka semakin kreatif, membuat dirinya dalam berbagai bentuk dan dengan berbagai ragam cara menularnya.
Diusir pun mereka tau mau pergi, disemprot, diracun, malah semakin beranak pinang dan menghinggapi berbagai jenis kelamain, usia, kelas sosial, mereka tak pandang bulu.
Kalau dulu, awal mereka datang hanya menyerang dan menghinggapi banyak orang kaya (the have) dan pejabat publik, beberapa bulan terakhir ini malah banyak menghinggapi kalangan miskin (the have not), terakhir malah menyerang banyak dokter dan tenaga medis lainnya yang tidak berdosa.
Covid-19 ini memang semakin memprihatinkan karena semakin ganas dan akibat yang ditimbulakannya pun semakin besar.
Baru-baru ini saya mendapat kiriman tulisan dari Prof Irawan Yusuf (15/7/20), seorang peneliti senior sekaligus mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas.
Kiriman tersebut berisi tentang hasil penelitian tentang penderita covid-19.
• Serapan Anggaran Sulsel Semester 1 Baru 38,09 Persen
Beliau mengemukakan bahwa ada hal yang menarik sekaligus memprihatinkan bahwa penurunan kadar antibodi dapat terjadi beberapa bulan setelah terinfeksi sehingga seseorang dapat terinfeksi berkali-kali.
Penelitian ini dilakukan oleh Katie J Doores dkk dari University of King’s College, London pada 96 pasien.
Dari hasil penelitian tersebut, hanya 17% dari peserta penelitian yang tetap menghasilkan antibodi yang kadarnya sama dengan pada awal penelitian.
Sisanya mengalami penurunan setelah 3 bulan. Bahkan pada beberapa kasus, di akhir penelitian tidak lagi ditemukan antibodi.
Kasus seperti ini terjadi pada penderita yang waktu terkena penyakit covid-19, gejalanya hanya ringan.
Pada penderita yang parah/berat, antibodi menetap dalam kadar yang tinggi setelah 3 bulan.
Dari hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat terinfeksi virus corona berkali-kali.
Ini juga dapat berarti bahwa herd immunity tidak akan pernah terjadi seperti yang diharapkan.
Temuan ini juga dapat menyebabkan pemberian vaksin satu kali dosis tidak dapat melindungi seseorang untuk terinfeksi.
Namun, dalam sistem imun kita antibodi bukankah satu-satunya senjata untuk melawan virus ini.
Oleh karena upaya yang terbaik adalah mencegah penyebaran virus. Ada atau belum adanya vaksin.
Jadi, kalau sekarang negatif hasil PCR, jangan lengah.
Terima kasih kepada Prof Irawan yang telah memberi bahan kepada saya untuk kesempurnaan tulisan saya ini.
Mudah-mudah Allah SWT, senantiasa memberi rahmat dan rahimnya kepada kita semua sehingga Covid-19 ini cepat berlalu dan kita semua hidup dalam keadaan sehat dan rindu kita cepat terobati. Semoga. (*)