RILIS
Kementan RI: Pembibitan Sapi Perah Terus Bergerak Tidak Terkendala Pandemi Covid-19
Kementerian Pertanian RI atau Kementan RI melalui Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya menjaga aktivitas
VBC sapi adalah sentra pembibitan sapi perah, yang berbasis pada usaha pembibitan pedesaan, baik yang tergabung dalam kelompok peternak pembibit maupun yang secara perorangan sebagai pengusaha pembibitan.
"Sampai dengan tahun 2019, jumlah kelompok yang menjadi mitra BBPTUHPT Baturraden ada 40 kelompok dan akan terus ditingkatkan dengan kerjasama dinas provinsi dan kabupaten yang membidangi fungsi peternakan," kata Ketut mengungkapkan.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendampingan pembibitan di masyarakat antara lain, pembinaan teknis pembibitan sapi perah yang meliputi teknik budidaya, breeding, recording, pelayanan keswan. Selain itu penanganan kasus reproduksi juga dilakukan pendampingan.
Pendampingan pembibitan dari BBPTUHPT Baturraden ini, diyakini dapat mendorong peningkatan kesejahteraan peternak melalui peningkatan produktifitas ternak dari segi manajemen pemeliharaan, pakan dan kesehatannya. Pendampingan pembibitan di masyarakat ini tersebar di 6 provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Derah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan.
Upaya Meningkatkan Ternak Sapi Perah
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono, mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan populasi ternak sapi perah, penyediaan bibit yang bermutu dan peningkatan produksi susu (baik mutu maupun jumlah).
Upaya yang dilakukan antara lain melalui kegiatan Uji Zuriat Sapi Perah Nasional yang dilakukan sejak tahun 2004. Diketahui, uji zuriat merupakan pengujian untuk mengetahui potensi genetik calon pejantan melalui produksi susu anak betinanya (daughter cow/DC) dan dilakukan untuk menghasilkan bibit pejantan unggul yang sudah beradaptasi dengan kondisi agroklimat di Indonesia.
"Peningkatan produksi susu nasional setelah adanya kegiatan ini menunjukkan bahwa kegiatan uji zuriat memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan kesejahteraan peternak sapi perah di Indonesia," kata Sugiono.
Ia menjelaskan, manfaat hasil kegiatan uji zuriat untuk peternak sapi perah antara lain yaitu peternak mendapatkan straw pejantan unggul secara murah Rp8.000 per straw. Kualitas genetik sapi perah rakyat juga meningkat dengan produksi susu hasil program uji zuriat, rata-rata anaknya, 5.745,3 ± 1.031,3 kg/laktasi pertama, dan Relative Breeding Value: 122,2 persen.
"Serta keuntungan peternak bertambah sehingga bisa meningkatkan taraf hidup peternak sapi perah rakyat," ujar Sugiono.
Diketahui, proses uji zuriat ini sudah dilaksanakan dari tahun 2004-2019 dan menghasilkan 14 ekor pejantan unggul sapi perah nasional. Hasil ini secara nasional dapat mengingkatkan mutu genetik sapi perah di Indonesia.
Sebagai catatan, selama ini balai telah memproduksi bibit sapi perah rata-rata 500 ekor per tahun. Kemudian telah didistribusikan ke seluruh wilayah di Indonesia dari provinsi Jawa tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Kalimantan.
Sugiono menambahkan, permintaan bibit sapi perah yang tinggi ini menunjukan bahwa animo usaha di bidang peternakan sapi perah masih diminati. Karena usaha ini mampu memberikan berbagai keuntungan, selain produksi susu harian yang bisa dijual atau diolah menjadi produk pasca panen, bisa juga menjual bibit jantan serta hasil lainnya dari beternak sapi perah.
"Dalam upaya menghasilkan bibit unggul yang berkualitas dilakukan optimalisasi penerapan Good Breeding Practice dan Good Farming Practice dengan inovasi dan mekanisasi dalam teknologi pengolahan pakan dan pemeliharaan ternak," tuturnya.(rilis)