OPINI
Siti Fadilah Supari vs WHO
Menyikapi situasi yang dilakukan SFS, seyogianya publik menilainya dalam konteks empirik-ilmiah. Perlu kearifan ilmiah yang bertanggung-jawab.
Pro dan kontra atas apa dikatakan oleh SFS, pemerintah maupun para elite politik tidak perlu krasak krusuk bagai cacing kepanasan atau bak kebakaran jenggot menilainya.
Sebaiknya diverifikasi dengan bijak, tentunya berbasis ilmiah dan akuntabel.
Akhirnya penulis hanya hendak mengatakan bahwa sosok berani seorang (ibu) SFS adalah ‘suri-langit’ mewakili kritisisme cerdas dan sehat yang makin kabur dinegeri ini.
Topan dahsyat dari SFS ketika beliau mengatakan ; “Jika Anda takut, itulah tujuan mereka, dan ketakutan membuatmu bergantung pada mereka ! Ini adalah bisnis licik global sektor kesehatan”.
• Setelah Banjir Bandang, Sampah Warga Bantaeng Bertumpuk di Pinggir Jalan
Layaknya kearifan seorang ibu, beliau sudah menancapkan pedang juang kritisisme.
Apapun yang menghancurkan akal sehat dan pembodohan atas umat manusia, harus dilawan dan diperjuangkan dengan gigih.
Krisis berpikir dan krisis nurani membuat bangsa ini makin terpuruk dan terbelakang. Krisis harus dihapuskan dengan kritisisme.
Menarik untuk mengapresiasi ungkapan arif ibu SFS ; “Saya tidak salah, tapi hanya kalah saja” dalam sebuah konspirasi !. “Logika kebenaran selalu muncul diakhir” (Socrates). (*)
Artikel di atas telah dipublikasikan di halaman Opini koran Tribun Timur edisi cetak Sabtu, 13 Juni 2020