OBITUARI
Selamat Jalan Bonda Halimah, Pendiri FKG Universitas Hasanuddin
Perempuan pejuang pendiri Fakultas Kedokteran Gigi Unhas Bonda drg Hajjah Halimah Dg.Sikati telah wafat tepat pada hari Idul Fitri 1441 H.
Oleh: drg. Rustan Ambo Asse Sp.Pros
Alumni Fakultas Kedokteran Gigi Unhas - Sekarang Bertugas di Berau-Kalimantan Timur
BERITA duka itu saya terima lewat pesan whatsApp grup alumni.
Perempuan pejuang pendiri Fakultas Kedokteran Gigi Unhas Bonda drg Hajjah Halimah Dg.Sikati telah wafat tepat pada hari Idul Fitri 1441 H.
Saat itu bulan Ramadhan telah berinsut pergi dan suara takbir masih bergema menyelimuti hati dan pesan kemenangan bagi seluruh ummat Islam di dunia.
Dalam literatur sejarah pendidikan, prempuan yang lebih akrab dipanggil Bonda Halimah itu adalah sosok yang hampir tak dikenal banyak orang.
• Remote Control Covid-19 Kini di Tangan Masyarakat, Ini Risikonya
Termasuk generasi pewaris zaman setelah dirinya benar-benar hengkang dari dunia akademisi.
Satu-satunya catatan yang tertinggal almarhumah adalah sebuah buku berjudul drg.Hj.Halimah Dg.Sikati Pejuang Pendidikan Tanpa Pamrih.
Ditulis dua jurnalis senior yaitu M Dahlan Abubakar dan almarhum Asdar Muis RMS
Buku tersebut digagas oleh dua orang ‘murid’ almarhumah drg Muhammad Ruslin M.Kes,Sp.BM(K),PhD dan drg.A. Tajrin M.Kes Sp.BM (K).
Buku ini mengungkap banyak serpihan kisah menarik tentang sepak terjang seorang Bonda Halimah dalam dunia pendidikan.
Tak banyak yang tahu bahwa di tanah Sulawesi Selatan, ada seorang perempuan tangguh yang jauh dari hiruk pikuk dan sorak sorai.
Sosonya serupa kartini dari timur, guru pejuang, seorang negosiator yang menguasai bahasa Inggris dan bahasa Belanda, dan dokter gigi pertama dari Indonesia timur.
Konon di luar dari perjuanganya untuk Indonesia, sebagai dokter gigi dirinya bahkan pernah dikirim ke negeri Jiran Malaysia selama lima tahun melalui program ASEAN untuk memajukan kesehatan gigi di negara itu yang masih tertinggal.
• Update Corona Sulsel Senin 25 Mei Hari Ini, Makassar Tambah 30 Cek Juga Lutim, Gowa, Toraja, Bone
Atas jasanya itu dirinya bahkan ditawari untuk menjadi dokter gigi professional oleh pemerintah Malaysia dengan segala fasilitas mewah,
Namun pilihannya adalah ingin kembali dan berjuang untuk negeri sendiri.
Pendiri FKG Unhas
Tak ada yang menyangka bahwa sosok dibalik lahirnya Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin berada dalam tangan dingin seorang Bonda Halimah.
Dia bertekad mendirikan sekolah pendidikan dokter gigi di Sulawesi-Selatan agar generasi muda yang bercita-cita ingin menjadi dokter gigi tidak perlu bersusah payah ke Pulau Jawa dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit,
Seperti dirinya yang harus merantau di School Tot Opleiding Van Indische Tandarsten (STOVIT) Surabaya untuk meraih gelar dokter gigi pada tahun 1953.
Untuk mewujudkan cita-cita itu, dia memiliki banyak rintangan dan hambatan.
Idenya mendirikan Fakultas Kedokteran Gigi kerap ditolak oleh Depdikbud dengan alasan membutuhkan biaya sangat besar.
Setelah pulang dari melanjutkan pendidikan di New York University (NYU) dalam bidang Post Graduate Oral Surgery, dia mulai jalan sendiri dengan memanfaatkan jaringan persahabatan.
• Informasi Terbaru Covid-19 Sulsel 25 Mei 2020, Pasien Positif Terus Bertambah Kini Capai 1.296 Orang
Pertemuan dengan petinggi Angkatan Laut, Laksamana Mursalim Daeng Mamangun sebagai Menteri Tenaga Kerja menjadi titik balik terbukanya harapan itu.
Ajaib beberapa bulan kemudian atas dasar kerjasama dengan TNI Angkatan Laut akhirnya Fakultas Kedokteran Gigi Unhas terbentuk.
Perjuangan mulia untuk mempermudah akses pendidikan dokter gigi itu akhirnya dinikmati oleh putra-putri bangsa dari kawasan timur Indonesia hingga saat ini.
Keteguhan yang berbuah manis itu sampai saat ini telah tercatat dalam sanubari masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya seluruh dokter gigi alumni FKG Unhas yang telah mengabdi dari Sabang sampai Merauke.
Para alumni yang tersebar itu sebagian di antara mereka selain sebagai dokter gigi memiliki peran sosial seperti akademisi, kepala dinas kesehatan, direktur RS, anggota DPR, penulis, jurnalis, dan lain sebagianya.
Kisah Surat Sakti
Perjuangan seorang bonda Halimah Dg.Sikati dengan karakternya yang gigih dan petarung secara diam-diam menetes ke beberapa generasi pasca-beliau sebagai dekan.
Karakter pejuang itu sekaligus menjadi episentrum dinamika perubahan FKG Unhas hingga saat ini.
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, drg.Muhammad Ruslin M.Kes, Sp.BM (K), PhD memiliki kisah unik menjelang dirinya melanjutkan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut di Unpad Bandung.
• Dul Jaelani dan Fadly Arifuddin Kolaborasi Lewat Lagu Religi Sang Pemuja
Beliau berkisah ketika akan berangkat ke Bandung, Bonda Halimah memberikan surat sakti pada secarik kertas.
“Saya titip anak saya, supaya kelak dia bisa kembangkan bedah mulut di Makassar- Indonesia bagian timur”.
Surat yang maknanya sangat personal tersebut ditujukan kepada sahabatnya, Alm Pro f.Tet Soeparwadi,drg.,SpBM(K) di Unpad.
Untaian pesan surat tersebut memberikan isyarat yang tak hanya menitip anak muridnya agar diberi kesempatan melanjutkan pendidikan spesialis tapi visi sosialnya adalah bahwa penting pemberdayaan SDM untuk pengembangan bedah mulut di bagian Indonesia timur.
Kini dari baris kalimat dalam surat sakti itu telah bertransformasi menjadi energi dan lokomotif semangat baru dari waktu ke waktu.
Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa pada saat Dokter Ruslin menempuh pendidikan di Bandung, kondisi tersebut menjadi momentum akselerasi banyak alumni FKG Unhas melanjutkan pendidikan spesialis di Pulau Jawa.
• Bertambah 1, Sudah 22 Pasien Positif Covid-19 Luwu Utara Sembuh
Transformasi itu terus berkembang seiring berjalanya waktu. Bahkan FKG Unhas saat ini telah membuka lima program studi dokter gigi spesialis.
Dalam konteks yang lebih luas wawasan pengembangan akademik dalam berbagai keilmuan spesialistik tersebut menjadi tahap tinggal landas untuk bisa bersaing dalam konteks nasional dan internasional sekaligus lebih siap terjun ke ranah pengabdian masyarakat.
Selamat Jalan Bonda Halimah
Dalam kisah perjuangan Bonda Halimah, siapapun bisa menarik ibrah.
Bahwa tugas generasi selanjutnya adalah secara etis meletakkan semangat juang tersebut dalam setiap peran profesi dan sosial di manapun mereka berada.
Jiwa nasionalisme itu harus tumbuh subur dalam hati generasi muda, dan menjadikan catatan sejarah ini sebagai warisan tugas mulia sebagai dokter gigi yang berwawasan kebangsaan dan tak pantang menyerah.
Kisah perjuangan Bonda Halimah adalah serpihan sejarah yang melampui banyak zaman.
Dunia di luar sana boleh jadi menggaggapnya hanya secuil nilai, cara dan cita-cita dan cukup pantas untuk dilupakan.
• Habis Lebaran, CitraLand Tallasa City Bangun 200 Unit Rumah
Tapi ratusan dokter gigi alumni Unhas yang kini mengabdi di seluruh penjuru negeri adalah buah dari ikhtiar itu.
Cita-cita yang dia perjuangankan pada suatu titik waktu yang kelam, pada suatu masa lampau yang tidak mudah, penuh kesulitan dan tantangan.
Selamat Jalan Bonda Halimah, kisahmu adalah mata air perjuangan yang murni bagi negerimu.
Semoga jejak-jejak juangmu yang tak pernah padam, terus berkobar dan membakar kami yang masih muda untuk terus berjuang seperti dirimu yang tak pernah berhenti hingga akhir hayat. (*)