Rumah Ramadhan
Keluarga, Perhatian, dan Dialog
Ditulis Firdaus Muhammad, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar dan Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel
Apalagi dalam tekanan ekonomi, uang belanjaan tidak terpenuhi.
Membangun keluarga perlu saling perhatian dan dialog. Dialog-dialog kecil dibangun secara berkesinambungan agar potensi konflik terurai.
Istri terbuka mencurahkan suara hatinya, curhat entah soal yang menggembirakan maupun sebaliknya.
• MUI Takalar Bolehkan Warga Salat Id di Masjid
Suami jadi pendengar yang baik dan sigap merespons. Pada kondisi ini secara psikologis istri tenang tanpa beban sehingga tidak alasan ia curhat pada orang lain.
Namun berdialog itu berat kecuali ada komitmen untuk itu sejak awal. Ketika istri berbagi cerita, suaminya mendiamkan tanpa peduli.
Kadang juga suami ingin berbagi, tapi istri tak punya waktu, sibuk.
Macetnya komunikasi ditambah kurangnya perhatian menjadi alamat keluarga itu jauh dari kondisi kebatinan yang sakinah.
Sejatinya dalam keluarga terbangun kesepakatan untuk saling mengapresiasi, memberi perhatian dan membuka komunikasi sesuai waktu-waktu yang membuatnya nyaman untuk berbagi.
Berbagi cerita penuh perhatian dan dialog yang berimbang. (*)