OPINI PAKAR
Mode of Covid-19
Ditulis Ridwan Amiruddin, Ketua Persakmi Indonesia dan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Cabang Sulawesi Selatan
Oleh: Ridwan Amiruddin
Ketua Persakmi Indonesia dan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Cabang Sulawesi Selatan
Seperti halnya makhluk lain Corona ini memiliki model berpindah yang sangat sederhana yaitu pertama melalui kontak erat dengan pembawa agent/virus Corona itu.
Kontak penularan ini disebut penularan langsung. Ini ciri utama penyakit menular.
Sama juga dengan TB atau penyakit influenza yang lain.
Metode transmisi yang kedua dengan penularan tidak langsung/indirect transmission.
Misalnya percikan dahak atau bersin yang menempel di benda-benda lain.
Misalnya di gagang pintu, lift, bangku, piring, handphone dll.
Hal tersebut terjadi pada droplet yang masih baru sampai beberapa jam. Maka itu dapat menjadi media penularan.
Setelah ada medianya, syarat penularan tentu harus ada port de Entry-nya atau pintu masuk virus ke tubuh penderita baru.
Nah Corona memilih tiga pintu masuk yang paling potensial yaitu; mulut, hidung, dan mata.
Jadi dengan menutup pintu masuknya, silakan keluar dengan protokol kehidupan baru.
Untuk meningkatkan daya hidup host setiap orang, hukumnya sederhana dengan:
1. Hindari dan atau lemahkan agentnya/virusnya. Untuk vaksin dan obatnya masih tahap uji coba.
2. Tingkatkan kemampuan adaptasi host.
3. Buat lingkungan baru yang tidak mendukung corona untuk bertumbuh. Ini menggeser sumbuh lingkungan ke kondisi yang menguntungkan manusia.
Mencermati pergerakan Covid-19 pada tingkat layanan di rumah sakit (RS), ada kecenderungan yang bermakna dalam perbaikan layanan.
• Pembangkangan Sosial Covid-19
Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya angka kesembuhan sekitar 40 persen ke atas serta hari rawat yang semakin pendek.
Meningkatnya angka kesembuhan tersebut indikator terhadap RS bahwa skill petugas semakin terlatih, kesiapan RS semakin matang untuk menghadapi kondisi yang unpredictable pada masa yang akan datang.
Dari aspek agent ada hypotesis tentang sifat pathogenitas corona yang mulai melemah.
Dari sisi host imunitas populasi mulai meningkat seiring dengan literasi Covid-19 yang semakin massive.
Pada sisi angka kematian yang berkisar di angka 5-7% yang masih lebih tinggi dari kondisi global, ini terjadi pada kelompok yang sebagian besar memiliki penyakit penyerta.
Persoalan utama di Indonesia adalah selain penyakit yang bersifat emerging infectious tersebut, Indonesia kini sudah memasuki transisi epidemiologi penyakit menular ke nonmenular (Non Communicable Disease; NCD) sejak tahun 1990-an dengan penyebab utama kematian berupa stroke, hypertension, myocard infark dan diabetes dengan proporsi sekitar 30-40%.
Ini ancaman yang serius bagi populasi usia 50 tahun ke atas.
• Pemikiran Syekh Yusuf al-Qaradawi
Apalagi kalau mengambil pendekatan herd immunity sebagai jalan keluar maka ancaman kemanusiaan semakin nyata di depan mata.
Pada sisi pertambahan kasus, tidak bisa dinafikan selain dukungan laboratorium yang semakin banyak, petugas lapangan contact tracing di puskesmas yang bekerja siang malam.
Juga karena terdapat begitu banyak orang yang tidak mau pusing dengan Covid-19 ini.
Padahal penularan pada kelompok yang sehat sebagai healty carrier sekitar 35-70%.
Inilah tantangan bagi ahli ilmu Public Health untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman dan sikap positip setiap orang untuk mengambil tanggung jawab sosial memutus mata rantai penularan.
Memahami dengan baik Mode of Covid-19 adalah cahaya ilmu untuk tetap survive di tengah badai Corona. (*)
Makassar 20 Mei 2020
#Indonesiaku bangkitlah.