OPINI PAKAR
Pandemi Kebodohan vs Corona
Ditulis Ridwan Amiruddin, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas sekaligus Ketum Persakmi Indonesia dan Ketua PAEI Sulawesi Selatan
Oleh: Ridwan Amiruddin
Ketum Persakmi Indonesia dan Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sulawesi Selatan
Syahdan negeri yang mengalami tekanan penjajahan yang berlangsung lama akan membentuk karakter penduduknya menjadi berkarakter budak, kasar, hina dan tidak memiliki masa depan.
Kalaupun kemudian ada yang dapat survive dari tekanan yang maha berat tersebut, sisa karakter jajahan tersebut rupanya tetap ikut sebagai karakter bawaan yang sudah tidak kompatible dengan zamannya.
Bentuk kebodohan yang tersisa dari masa silam tersebut ditelanjangi dengan bulat oleh pandemi Covid-19.
Penguasa bertindak seperti orang bijak, tapi penduduknya melihat sebagai kebodohan.
• Cara Terbaik Menang Melawan Covid-19
• Pembangkangan Sosial Covid-19
Masyarakat berperilaku baik dengan ikut kebijakan pemerintah dibelakang hari semua kebijakannya dianulir sendiri.
Pola tindak seperti orang tidak punya pendirian, ciri kebijakan yang tidak berbasis sciense.
Kebijakannya sesuai selera, ciri kaum proletar.
Membingunkan masyarakat, debat pada aspek artificial yang tidak menyentuh akar masalah: sibuk menyiapkan tempat tidur pasien, ventilator, beli obat yang tidak rekomended dan masih banyak lagi.
Ignorance menggambarkan kelambanan, memandang enteng masalah dan menyembunyikan fakta.
Keadaan tersebut akan menggiring masyarakat pada ujung bencana yang maha dahsyat.
Pandemi Covid-19 mengajarkan tentang kejujuran, attitude/sikap yang baik terhadap arti penting nilai kesehatan.
Setiap orang bertanggung jawab pada arti kesehatan sebagai investasi. Kesehatan dan modal pembangunan.
Modal yang tidak dapat ditukar dengan sekian rupiah.
• Kisah Sopir Bus Jalan Kaki dari Jakarta ke Solo untuk Ziarah Kubur Orangtua, Kena PHK dan Uang Habis
Sebagai modal yang bersifat substansial tidak mungkin dapat ditukar dengan modal yang bersifat penunjang.