Tuntutan BEM Unhas
Kebijakan Rektor Unhas Terkait Kuliah Online Dinilai Belum Maksimal, BEM Buat 6 Tuntutan
Bahkan kebijakan yang memberi subsidi pulsa belajar secara gratis untuk mahasiswa Unhas dinilai diskriminasi.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kebijakan Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Dwia Ariestina P terkait pelaksanaan kuliah online selama masa pandemik covid-19 dinilai belum maksimal.
Bahkan kebijakan yang memberi subsidi pulsa belajar secara gratis untuk mahasiswa Unhas dinilai diskriminasi.
Alasannya kebijakan itu hanya diperuntukkan bagi mahasiswa berstatus penerima beasiswa Bidikmisi saja.
“Tidak berlaku untuk semua golongan mahasiswa di Unhas,” tulis Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unhas Abd Fatir Kasim kepada tribun-timur.com, Jumat (3/4/2020).
Terkait hal itu, kata Fatir, BEM Unhas telah membuat surat pernyataan yang ditujukan ke Rektor Unhas.
Berisi enam tuntutan dan analisa kajian yang dilakukan pengurus BEM Unhas.
Surat pernyataan tersebut ditandatangani Ketua BEM Unhas bertanggal 2 April 2020.
Berikut ini sebagian pernyataan sikap BEM Unhas yang kata Fatir diawali dengan hasil kajian bersama:
Kuliah online yang diterapkan Unhas belum semuanya dapat diterima oleh berbagai pihak, khususnya mahasiswa sebagai bagian pengguna.
Mengingat nominal biaya yang dikeluarkan mahasiswa selama masa kuliah online untuk pembelian paket kuota tidaklah sedikit.
Bisa mencapai puluhan ribu per/harinya hanya untuk kebutuhan internet saja.
Dari data harga kuota untuk semua prodvider yang didapatkan khususnya area Sulawesi Selatan mencapai harga rata-rata Rp. 15.000 – Rp. 20.000 untuk kapasitas 1-2 GB.
Inipun terikat dengan jangka waktu yang hanya beberapa hari saja. Artinya kalaupun ingin menghemat untuk beberapa minggu kedepan nampaknya akan sulit.
Sementara melihat situasi yang dimana mahasiswa dituntut untuk keperluan kuliah online dengan menggunakan aplikasi video conference serta searching data-data menyangkut akademik pasti daya kuota yang digunakan akan jauh lebih besar lagi.
Tidak hanya itu, untuk lebih meningkatkan kewaspadaan kita sebagai mahasiswa perlu juga mengetahui kondisi terupdate pasien-pasien yang dinyatakan positif melalui media sosial.