Maccera Tasi Disoal di Luwu, Begini Penjelasan Panitia Pelaksana
Maccera Tasi akan berlangsung di Pelabuhan Ulo-ulo, Desa Belopa, Kecamatan Belopa, Luwu, pada 10 September mendatang.
Penulis: Desy Arsyad | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNLUWU.COM, BELOPA - Rangakaian acara Festival Kraton Nusantara (FKN) ke XIII, Maccera Tasi yang digelar di Kabupaten Luwu menuai kontra di kalangan masyarakat.
Maccera Tasi akan berlangsung di Pelabuhan Ulo-ulo, Desa Belopa, Kecamatan Belopa, Luwu, pada 10 September mendatang.
Gegara SMS Pembaca, Kepala SMP 13 Makassar Kembalikan Siswa Titipan ke SMP 21
Penjabat Walikota Makassar Antar Gelandangan ke Dinsos
Lawan Persija Jakarta, Maitimo Masuk Staring Line Up
MRP Adakan Dialog Tertutup Dengan Mahasiswa Papua di Makassar
BREAKING NEWS : Pasca OTT, Kejari Maros Kembali Geledah Kantor Camat Simbang
Ketua Pelaksana Maccera Tasi Asisten II Pemkab Luwu, Palanggi Andi Kaddiraja, menjelaskan prosesi acara adat tersebut.
Dia menyebutkan Maccera tasi dalam Bahasa Indonesi diartikan sebagai pesta laut.
Dia juga menegaskan tidak ada sesajen atau penyembahan kepada laut, atau dalam hal ini membuang kepala kerbau ke laut.
"Saya selaku ketua panitia pelaksana Maccera Tasi, memastikan kalau tidak akan ada pembuangan kepala kerbau ke dalam laut, apalagi yang berbentuk sesajen," katanya saat ditemui diruang kerjanya, Rabu (28/8/2019).
Malainkan dalam proses acara hanya ada pelepasan benih ikan dan pakannya.
"Jadi, hanya ada pelepasan ikan kecil dan pakan ikan yang akan di lepas ke laut, sebagai simbol dari acara adat maccera tasi," jelasnya.
Prosesinya dimulai pukul 10.30 Wita hingga 11.30 dengan mengitari ance (menara upacara adat) sebanyak tiga kali oleh Perahu Bojo dan Perahu Puawang.
Sementara prahu hias sendiri berada di sekitaran ance dan tidak mengikuti prosesi.
Kemudian azan dikumandangkan dari empat penjuru ance secara bersamaan
Selanjutnya Puawang dan Bungalalang menaiki ance, diikuti gadis Pabbulawang dan seorang Passompo atau pengusung.
Setelah Puawang dan Bungalalang berada di atas ance, prosesi Mallambe dilakukan kemudian disusul Mallapessang atau melepas bibit ikan dan pakan ikan dilaut.
"Memang ada anggaran untuk dua ekor kerbau. Akan tetapi, kerbau tersebut bukan untuk dipersembahkan atau dibuang ke laut, melainkan untuk dikonsumsi bersama, dan disembelih secara islam," pungkasnya.

FKN XIII Tahun 2019 terbsebut, akan dihadiri sebanyak 200 raja se-Nusantara serta raja dari negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, serta Australia.