OPINI
OPINI - Memaknai Hakikat Kurban
Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Al-Qur'an & Tafsir Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Oleh:
M Affian Nasser
Mahasiswa Magister Ilmu Al-Qur'an & Tafsir Pascasarjana UIN Alauddin Makassar
Iduladha adalah salah satu hari raya dalam agama Islam yang di dalamnya menyimpan berbagai peristiwa monumental dari peradaban kehidupan di bumi.
Peristiwa tersebut selanjutnya diabadikan dalam sebuah ritual ibadah.
Ibadah utama yang sangat identik dengan Iduladha adalah ibadah kurban.
Ibadah ini mengandung nilai keteguhan dan keimanan serta menjadi bukti pengorbanan yang didasari dengan penuh rasa keikhlasan, kecintaan dan kesabaran.
Iduladha yang identik dengan ibadah kurban tentu tidak terlepas dari pengabadian Alquran terkait peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim as dengan anaknya Ismail.
Dalam Alquran diuraikan bahwa, Nabi Ibrahim as menyampaikan kepada anaknya Ismail bahwa beliau bermimpi menyembelihnya.
Sang putra sadar bahwa itu adalah perintah Allah, karena salah satu cara Allah memberi wahyu (informasi) kepada manusia adalah melalui mimpi.
Baca: Ini 15 Benda Pusaka yang Dicuci dalam Accera Kalompoang
Maka Ismail dengan penuh rasa keikhlasan berkata, “Wahai ayahku!, laksanakanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk kelompok orang yang bersabar” Lihat QS. 37:102.
Namun, setelah Ibrahim membaringkan anaknya, dan menggerakkan pisau dileher anaknya, Allah kemudian menebus sang anak dengan domba (sembelihan) yang besar.
Mengapa Allah memerintahkan menyembelih Ismail kemudian membatalkan dan menebusnya dengan domba?
Ini bukan hanya ujian untuk keduanya, bukan pula hanya untuk membuktikan ketabahan keluarga Nabi Ibrahim as namun merupakan sebuah isyarat yang ditunjukkan kepada siapa saja, bahwa tidak ada sesuatu yang mahal untuk dikurbankan bila panggilan Ilahi telah datang.
Allah harus selalu berada di atas segalanya. Itulah bukti keimanan yang sejati.
Terkait peristiwa yang dikisahkan di atas, diisyaratkan guna mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagian membutuhkan pengorbanan.
Akan tetapi, yang dikurbankan bukan lagi manusia, melainkan binatang kurban yang sempurna, lagi sehat dan tidak cacat sebagai pertanda bahwa kurban harus ditunaikan dan bahwa yang dikurbankan juga adalah sifat-sifat kebinatangan manusia, seperti rakus, ingin menang sendiri, mengabaikan nilai-nilai kemanusian dan sebagainya.
Baca: Presiden Jokowi Sumbang Satu Ekor Sapi Kurban 1,50 Ton untuk Warga Mamuju