Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Eksistensi Pemuda di Tahun Politik

penulis adalah Staf di LAPAR Sulawesi Selatan dan Studi Politik Keamanan di Universitas Padjadjaran

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - Eksistensi Pemuda di Tahun Politik
tribun timur
Staf di LAPAR Sulawesi Selatan dan Studi Politik Keamanan di Universitas Padjadjaran

Tapscott mempopulerkan pengelompokan generasi berdasarkan kumpulan umur tertentu dengan karakteristiknya yaitu; 1) Generasi The Baby Boom, lahir antara tahun 1946-1964, 2) Generasi The Baby Bust, lahir antara tahun 1965-1976, keduanya dikenal dengan dikenal dengan sebutan generasi X. 3) Generasi The Echo of The Baby Boom, lahir antara tahun 1977-1997 dan dikenal dengan generasi Y; 4) Generasi Z, meliputi generasi yang lahir pada tahun 1998 hingga sekarang.

Baca: Inilah Sosok Tiffani, Wanita Cantik yang Berani Bilang Siap Jadi Istri ke-2 Sandiaga Uno

Baca: Serunya! 2 Perempuan Cerdas Najwa Shihab & Maudy Ayunda Bertemu, Ini Persamaan Aneh Mereka

Karakter kuat generasi Y sangat lekat dengan model pilihan bebas, jejaring, kecepatan, integritas, menikmati percakapan yang menyenangkan, dan menjadikan inovasi sebagai bagian kehidupan mereka.

Generasi ini sering disebut juga sebagai net generation karena sangat intens berinteraksi melalui kanal media daring, online, seperti media sosial.

Namun menurut Strauss (2000) dibandingkan dengan generasi baby boom, kesadaran politik yang ditampilkan generasi Y hanya berlaku di permukaan, tidak sampai mendalam.

Hal ini dikarenakan adanya pengaruh media yang begitu masif telah memengaruhi secara signifikan arah perilaku politik generasi Y.

Di era modern saat ini, ada tantangan besar bagi pemuda dalam mengkampanyekan pendidikan politik yang penulis urai kedalam tiga unsur yaitu, politik transaksional, pelemahan terhadap demokrasi dan korupsi.

Uraian diatas menjadi ketakutan bersama di segala elemen masyarakat.

Fenomena ini menakutkan tapi terjadi, proses pembangunan demokrasi dianggap sebagai tanggungjawab para kaum muda bukan justru memasifkan gerakan tersendiri sebagai upaya terhadap pelemahan demokrasi.

Ini penting untuk dilacak, apa yang diungkapkan Strauss bahwa hingga hari ini memasuki zaman generasi millennial yang dianggap sebagai bonus demografi tak memunculkan kesadaran politik yang mendalam.

Sebab, jika di kepala kita tersimpan pernyataan bahwa pembangunan politik yang berkeadaban adalah terlibat pada wilayah politik elektoral maka apa yang telah dicita-citakan para kaum muda pada 28 Oktober 1928 lalu jelas tereduksi di tahun 2019 sekarang ini.

Baca: Dokter Salwa Bagi Tips Sehat Jasmani dan Rohani ke Warga Manggala Makassar

Kita tak mengharapkan itu, yang kita harapkan hari ini adalah bagaiman idealisme, gagasan serta wacana yang telah dipelajari oleh kaum muda menjadi satu kesatuan dalam mengawal, menjaga dan mempertahankan keutuhan bangsa dan negara.

Menghilangkan segala bentuk eo-kolonialisme, menghapus ketimpangan sosial dan tetap amanah pada penderitaan rakyat.

Olehnya itu, membangun politik yang berkeadaban adalah salah satu dimensi upaya kaum muda dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan serta memaksimalkan isi dalam Pasal 1 UUD No. 40 Tahun 2009.

Akhir kata, pembangunan demokrasi yang paripurna, tata kelola negara yang produktif menjadi tanggungjawab penuh oleh kaum muda. Karena semangat kaum muda itu ditantang bukan dibuat nyaman.(*)

Catatan: Tulisan ini telah dipublikasikan juga di Tribun Timur edisi print, Sabtu 23 Maret 2019

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved