Begini Cara Pembuatan Songkok Guru Khas Takalar
Tapi Dg Sakking meluangkan sejam lebih menjelaskan bagaimana proses pembuatan songkok guru. Mulai dari pengolahan bahan dasar hingga penganyaman
Penulis: Muh Syahrul Padli | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN TAKALAR.COM, GALESONG SELATAN - Songkok Nisulang Bulaeng (songkok disulam emas) atau Songkok Guru adalah kerajinan khas Takalar yang diwariskan turun temurun.
Songkok Guru memiliki nilai filosofis dan budaya yang sangat kental.
TribunTakalar.com mengunjungi salah satu pengerajin, Haslinda Dg Sakking (52) di rumahnya yang terletak di Dusun Patingaloang Utara, Desa Bontokassi, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Senin (4/3/2019) sore.
Perempuan yang telah mulai menyulam sejak tahun 1975 ini sebenarnya dalam kondisi berduka saat ditemui. Kerabat sekaligus pengrajin sepuh di samping rumahnya meninggal dunia.
Tapi Dg Sakking meluangkan sejam lebih menjelaskan bagaimana proses pembuatan songkok guru. Mulai dari pengolahan bahan dasar hingga penganyaman pola benang berwarna emas.
BAHAN UTAMA
Bahan baku pembuatan songkok guru adalah serat batang daun lontar.
Ini yang membedakan Songkok Guru khas Takalar dengan Songkok Recca khas Bone yang memakai serat daun lontar.
"Saya harus jelaskan lebih dulu perbedaan antara pelepah (daun lontar) dengan peleppi (batang daun lontar). Pelepah itu daun lontarnya. Peleppi itu batang daun lontar yang tersambung dengan batang utama. Ini yang membedakan bahan pembuatan Songkok Guru khas Takalar dengan Songkok Recca khas Bone," kata perempuan yang telah puluhan tahun membuat Songkok Guru .
"Yang kami beli itu peleppi bukan pelepah. Pengumpul peleppi biasanya membawa langsung ke sini. Selain pengumpul dari Takalar ada juga yang dari Jeneponto dan Gowa. Seikat peleppi seharga Rp 50.000. Satu ikat peleppi bisa kami olah menjadi puluhan ikat serat daun lontar," tambah Dg Sakking.
PENGOLAHAN PELEPPI
Peleppi direndam satu sampai dua bulan. Setelah lembek baru ditumbuk. Setelah ditumbuk direndam lagi setengah bulan.
Peleppi diperas hingga airnya keluar. Kemudian disisir sampai bersih lalu direndam lagi dengan air beras.
Serat yang direndam dipantau terus hingga berwarna putih. Setelah putih dicuci bersih lalu dijemur dari pukul delapan hingga malam.
"Setelah serat kering, selanjutnya dikumpulkan lalu diikat. Satu pohon lontar kira-kira bisa menghasilkan 30 ikat serat. Beberapa ikat serat bisa menghasilkan satu songkok," kata Dg Sakking.