Serangan Umum 1 Maret: Sosok Sri Sultan, Soedirman, Soeharto & Cerita 'Kesaktian' Letnan Komaruddin
Serangan Umum 1 Maret: Sosok Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Jenderal Soedirman, Jenderal Soeharto dan Cerita 'Kesaktian' Letnan Komaruddin.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Aqsa Riyandi Pananrang
Anehnya, mereka berhasil lolos dari kepungan Belanda itu.
Lalu ketika beberapa pasukan dalam posisi terjepit, secara tiba-tiba Letnan Komaruddin membantu mereka.
Padahal sebelumnya, pria tersebut tak ada di lokasi kejadian.
2. Salah Lihat Tanggal
Sudah dari jauh-jauh hari serangan melawan Belanda di Yogyakarta, akan dilakukan pada 1 Maret 1949 pagi hari.
Namun pada 28 Februari 1948, Soeharto yang saat itu menjadi Komandan Wehrkreise III Yogyakarta, justru mendengar tembakan gencar.
Rupanya, pasukan yang dipimpin Komaruddin sedang menyerang Belanda dari arah selatan.
Baku tembak pun terjadi. Namun rupanya, Komaruddin salah melihat tanggal.
Setelah dikirimkan utusan, akhirnya ia menyadari bila saat itu bukan tanggal 1 Maret.
Meskipun salah, ternyata yang dilakukan Komaruddin membuat Belanda terkecoh mengenai waktu penyerangan yang sebenarnya.
Di hadapan Jenderal Soedirman, ia pun menangis terisak-isak mengakui kesalahannya.
3. Menjadi preman
Setelah pertempuran selesai, beberapa sumber menyebutkan bila Komaruddin memilih untuk menjadi preman.
Meskipun preman, tetapi ia baik hati dan disegani.
Ia pernah tinggal di wilayah Kotagede, Yogyakarta, lalu secara misterius menghilang.