Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Aksa Mahmud dan Gagasan Spontan Lomba Barzanji Bahasa Bugis Antar-Santri se-Sulsel

Kala duduk berdampingan dengan sang ustad, Haji Muhammad Agus Lc, MThi (34), Aksa meminta sang ustad berceramah dalam bahasa Bugis

Penulis: Saldy Irawan | Editor: Thamzil Thahir

"Ini tak biasanya saya ceramah di Makassar pakai bahasa Bugis, tapi karena permintaan to malebbitta Haji Aksa Mahmud, maka saya akan ceramah pakai Bahasa Bugis, dan campur bahasa Indonesia sedikit," kata sang Ustad, membuka ceramah takziyah soal Mati dan Kematian.

Dari pantauan Tribun, sekitar 45 menit ceramah, pembina Pondok Pesantren DDI Mangkoso, Barru itu, hampir 80% menggunakan bahasa Bugis.

Aksa dan sekitar 200-an kerabat, sahabat dan karyawan Bosowa Group, pun menyimah materi ceramah kandidat doktor ilmu tafsir hadits UIN Alauddin Makassar ini.\

FOUNDER BOSOWA CORPORATION - HM Aksa Mahmud saat memberi sambutan sebagai shohibul bait acara takziyah meninggalnya keponakannya, H Hasanuddin Hasma (1959-2019) di Kompleks Gubernuran Hertasning Kav 29/ Gunungsari, Rappocini, Makassar, Selasa (19/2/2019) malam.
FOUNDER BOSOWA CORPORATION - HM Aksa Mahmud saat memberi sambutan sebagai shohibul bait acara takziyah meninggalnya keponakannya, H Hasanuddin Hasma (1959-2019) di Kompleks Gubernuran Hertasning Kav 29/ Gunungsari, Rappocini, Makassar, Selasa (19/2/2019) malam. (dok_tribun-timur/diwan)

Baca: UIM Gelar Halaqah Maulidurrasul , Ada Pembahasan Sejarah Barzanji

Baca: VIDEO: Khataman Quran Hingga Barzanji Warnai Syukuran HUT ke-45 Bosowa Corporation

Baca: Ikatan Mahasiswa DDI Rayakan Harlah Ke-48, Mengapa IMDI Diminta Lestarikan Barzanji?

Usai ceramah, Aksa juga meminta orang dekatnya di manajemen induk Bosowa Corporation untuk menggagas Lomba terjemahan Barazanji dan talqiin berbahasa Bugis antar santri Pondok Pesantren se-Sulsel.

"Kita bikin acaranya dalam rangka ulang tahun ke-46 Bosowa Corporation, awal Maret lah," kata Aksa Mahmud yang datang didampingi istrinya, Hajjah Ramlah Kalla.

Dia berharap, lomba ini diikuti santri tsanawiyah dan aliyah dari pondok pesantren di kabupaten yang masih aktif menggunakan bahasa Bugis; mulai dari kota Makassar, Pangkep, Maros, Barru, Parepare, Pinrang, Sidrap, Soppeng, Wajo, Bone, Sinjai dan Bulukumba.

Aksa mulai khawatir, jika tak ada upaya sistemik, massif dan institusional maka bahasa lokal dengan penutur terbesar di timur Indonesia ini akan punah.

"Kalau bukan kita siapa lagi," kata perintis kelompok usaha dengan singkatan, Bone-Soppeng-Wajo itu.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved