Breaking News
Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

CITIZEN REPORTER

Belajar Sembari Bermain di Hawaii dan Keunikan Masjid di Negara Bagian AS Ini

Masjid di Hawaii, tak ada celengan. Yang ada mesin electronic data capture (EDC) yang memungkinkan jamaah memberikan donasi dengan kartu debit/kredit.

Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
handover
MZ di Hawaii, AS 

Mohammad Zuhair ST MEng
Warga Kota Makassar - Koordinator Umum Yayasan Kalla - Penerima Beasiswa Program GLIK dari Fujitsu

DARI Jepang, kami yang mengikuti program Global Leader in Innovation and Knowledge (GLIK) yang digelar Fujitsu diterbangkan lagi ke Honolulu, ibukota negara bagian Hawaii.

Saat itu Oktober 2018 lalu.

Di kota yang terletak di Pulau Oahu ini, pembelajaran dipusatkan di JAIMS (Japan American Institute of Management Science), lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Fujitsu.

Di sisi akademis, mata kuliah di sini umumnya diajarkan juga di Indonesia, seperti negosiasi, pengantar ilmu ekonomi dan hukum, misalnya.

Yang berbeda adalah mata kuliah mengenai keragaman budaya, yang sangat relevan dengan Hawaii.

Baca: Pengalaman Mahasiswa Unhas Dibimbing Maudy Ayunda, Bintang Film dan Penyanyi Indonesia

Baca: Pengalaman Belajar di Jepang, Inovasi dari Kongkow-kongkow

Walaupun merupakan bagian negara Amerika Serikat, negara bagian termuda ini memiliki penduduk yang nenek moyangnya berasal dari berbagai macam negara lain.

Di antaranya Filipina, Jepang, China, Vietnam, dan lainnya.

Di perkuliahan yang sama, disinggung juga bagaimana sejarah penduduk asli Hawaii (yang secara demografi termasuk polinesia) berinteraksi, berbaur dan kawin campur dengan pendatang dari negara-negara lain di atas.

Untuk melihat langsung bukti sejarah Hawaii yang disampaikan di ruang kuliah tersebut, kami dibawa berkunjung ke pusat kota kerajaan Hawaii dulu, yang sekarang tetap menjadi pusat pemerintahan dan bisnis di kota Honolulu.

Iolani Palace adalah istana raja di pusat kota kerajaan.

Walaupun dari segi ukuran, istana ini tergolong sangat kecil dibandingkan istana kerajaan lain (misalnya Balla Lompoa di Gowa), namun benda-benda peninggalan (atau replikanya) yang ditampilkan di dalamnya mengagumkan dari segi teknologi pada zamannya.

Baca: Tribun Timur Silaturahmi ke CitraLand Celebes, ini yang Dibahas

Baca: Bahas RPJMD, Nurdin Abdullah: Kita Fokus Pariwisata

Misalnya pesawat telepon dan lampu listrik yang sudah digunakan lebih duluan dibanding kantor presiden Amerika Serikat, the White House, sekalipun.

Suasana Hawaii yang sangat relax, yang diistilahkan oleh penduduk local dengan ‘Island style’, merangsang kami selalu melakukan aktivitas santai bersama di akhir minggu.

Mulai dari mengunjungi beragam destinasi wisata alam, utamanya pantai dan perbukitan yang sangat indah dan mudah dijangkau di berbagai spot Pulau Oahu dan pulau-pulau lainnya di negara bagian Hawaii.

Kami juga berkesempatan berbelanja di berbagai macam pusat perbelanjaan yang sangat menggoda dengan harga dan pilihan barang, khususnya pakaian dan asesorisnya, yang kebanyakan jauh lebih murah dan beragam dibandingkan di negara asal kami masing-masing.

Campuran kehidupan yang serius pada hari-hari kuliah dan kehidupan yang santai di akhir pekan, mengenalkan kami dengan istilah ‘study hard but play harder’.

Baca: Tutup Rakor Pendidikan, Nurdin Abdullah: Jabatan Kepsek Jangan Pakai Amplop

Baca: DPRD Makassar Minta Gubernur Angkat Pejabat Wali Kota yang Mengerti

Sebagai seorang muslim, saya tetap berusaha menjalankan kewajiban ritual salah satunya adalah shalat jumat.

Di Honolulu, praktiknya cukup menantang. Selain cuman ada 1 mesjid di pulau Oahu, waktu tempuhnya pun lumayan lama dari kampus kami, sekitar 30 menit mengendarai mobil.

Mesjidnya tidak punya nama khusus, kalau kita mencarinya di internet yang muncul adalah nama lembaga pengelolanya yaitu Muslim Association of Hawaii (MAH).

Di setiap kesempatan beribadah di sana, saya selalu bertemu dengan muslim lain dari Indonesia, baik mereka yang sudah menetap di Hawaii atau pendatang seperti saya.

Yang unik di masjid ini adalah penyediaan mesin EDC (electronic data capture) yang memungkinkan jamaah memberikan donasi kepada masjid dengan menggunakan kartu kredit atau debit.

Mesin EDC ini menggantikan peran celengan masjid, yang memang tidak disediakan.

Baca: New Avanza dan New Veloz Resmi Mengaspal di Makassar

Baca: Tersangka Korupsi Proyek Laston PPI Bontobahari Bulukumba Bakal Bertambah

Di akhir periode studi kami di sana, dilaksanakan acara International Night.

Sifatnya santai, penampilan budaya local masing-masing negara peserta, termasuk menjamu ‘orang tua asuh’ (maksudnya keluarga local yang menerima kami tinggal bersama) untuk mencicipi makanan khas negara-negara kami.

Saya yang tidak memiliki kemampuan memasak yang mumpuni, terselamatkan oleh bantuan komunitas Indonesia di Hawaii.

Salah satu Ibu anggotanya menawarkan dan menyediakan rendang dang gado-gado buatannya sebagai perwakilan menu Indonesia, secara gratis.

Kelihatannya kedua hidangan tersebut cocok juga dengan lidah orang-orang Hawaii, buktinya semuanya ludes. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved