Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Semester 2 Putuskan Mandiri, Jadi Marketing Vespa Sambil Kuliah

Bagi sebagian masyarakat Sulawesi Selatan, nama Andi Idris Manggabarani tentu tidak asing lagi.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Waode Nurmin
tribun timur/muhammad abdiwan
Tribun Nongki menghadirkan Komisaris Utama IMB Group Andi Idris Manggabarani di lantai 4 kantor Tribun Timur, jl Cendrawasih No. 430, Kota Makassar, Kamis (6/12/2018). 

"Bahkan, ada satu dua hari saya tidak masuk kantor dan bekerja karena harus kuliah. Namun saya tetap lapor, daftar kunjungan ke pimpinan," ujarnya.

Menjadi marketing adalah kesyukuran dirinya. Ia menilai kerjaan tersebut menjadi jendela keberhasilan, kesuksesan, dan awal jadi besar. Karena networking-nya yang luas, membuat rezeki lancar.

"Saya pun mendatangi seluruh instansi, baik dinas, perusahaan, hingga Polri dan TNI. Tidak lain menawarkan produk jualan saya," katanya.

Cerita unik diumbarnya. Kala itu tahun 1988, ia ingin menawarkan produk Vespa-nya kepada Panglima kala itu.

"Sebelum ketemu, saya tidak ingin terlihat seperti sales. Bermodal dasi dan kemeja, saya permisi ke prajuritnya dengan alasan ingin bertemu Panglima berbicara terntang kesejahteraan para prajurit," katanya.

Di situlah cerdasnya Idris sebagai Marketing. "Karena yang piket provos tahu ini tentang kesejahteraan para prajurit, nah dia antar saya ke Panglima. Apalagi saya pakai dasi dengan tas ala bos muda, padahal isinya browsur Vespa," katanya.

Ketemu Panglima, ia berbagi informasi bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan prajurit dengan memberikan motor sebagai alat transportasinya.

"Saya katakan saat itu, untuk mendapat motor Vespa, tidak perlu bayar uang muka. Saya kasi DP 0 persen. Nah bukan hanya sekarang DP 0 persen itu ada, Mas Joko ketinggalan zaman bila mengandalkan hal itu," ujarnya.

Namun saat itu, Panglima harus membantu dirinya untuk memberi daftar gaji prajurit, sehingga bisa ia atur berapa angsuran perbulan yang dibayarkan.

"Mendengar itu, Panglima tertarik, bahkan Panglima yang pertama membelinya. Saya pun menyeruhkan ke perusahaan untuk memberi diskon," ujarnya.

Idris pun diarahkan Panglima untuk memajang Vespa di aula. "Saya kerja sendiri, naikkan Vespa ke pikap, dan mengantarnya kesana. "Alhamdulillah sehari ada 30 unit terjual," ujarnya.

Memilih profesi marketing pun jadi pastion-nya. Bertemu dengan banyak orang, membangun networking yang bagus. Sebagai ganjaran, ia diberi bonus Vespa baru atas penjualan yang fantastis dihasilkannya.

"Namun GM-nya kala itu merasa tidak nyaman. Kebetulan ia anak mantan gubernur. Harmonisasi tidak terjalin. Akhirnya disampaikan manajer saya, GM tidak terima saya diberi bonus motor," ujarnya.

Ini dikarena, lama kerja yang masih minim sudah dapat bonus sebesar itu. "Saya pun memutuskan keluar. Padahal kalau diingat, saat masih kuliah sambil kerja, gaji saya RP 60 ribu di diler. Lalu disidang sama Tetta dan Mama bersama kakak. Bapak bilang, ini anak kenapa mau kerja, padahal masih bisa saya biayai. Jangan sampai sibuk kerja tidak selesai kuliahnya," katanya mengikuti ucapan bapaknya.

Tenttanya pun menawarkan untuk bekerja sama bapak dan kakaknya. Gajinya pun di atas gajinya kini, Rp 120 ribu per bulan.

"Saya menolak dan memilih gaji Rp 60 ribu, daripada harus digaji sama keluarga sendiri. Terus kerjanya belajar saja sampai selesai," ujar Idris.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved