Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Semester 2 Putuskan Mandiri, Jadi Marketing Vespa Sambil Kuliah

Bagi sebagian masyarakat Sulawesi Selatan, nama Andi Idris Manggabarani tentu tidak asing lagi.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Waode Nurmin
tribun timur/muhammad abdiwan
Tribun Nongki menghadirkan Komisaris Utama IMB Group Andi Idris Manggabarani di lantai 4 kantor Tribun Timur, jl Cendrawasih No. 430, Kota Makassar, Kamis (6/12/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Bagi sebagian masyarakat Sulawesi Selatan, nama Andi Idris Manggabarani tentu tidak asing lagi.

Kiprahnya dalam ekonomi dan sosial kemasyarakatan di daerah Sulsel telah memberi sumbangsih nyata dalam pembangunan daerah.

Buktinya? Melalui unit-unit perusahaannya, ia telah menyediakan ribuan lapangan kerja bagi masyarakat Sulsel. Hal ini di luar kerja sosialnya. Sedekah bantuan dana, bersih masjid, donor darah, dan aksi sosial lainnya tak luput dilakukan.

Beruntung Tribun Timur di Nongrong Sambil Diskusi (Nongki) ke-34, menguliti cerita sukses anak ke-12 dari Andi Hasan Manggabarani, mantan Bupati Polewali Mandar itu di lantai 4 Gedung Tribun Timur Jl Cenderawasih No 430 Makassar, Kamis (6/12/2018).

Di awal cerita, suami Nur Lily itu kilas balik kala memutuskan hidup mandiri. Pascatamat di bangku SMA, tepatnya di Kartika Chandra Kirana Makassar Jl Sudirman Makassar pada 1982, ia perlahan berani menolak pemberian orang tuanya. Hingga di bangku kuliah, ia pun berjanji.

"Semester 2 di Fakultas Ekonomi Unhas, saya memutuskan untuk tidak menerima bantuan dari orang tua," katanya.

Kenapa? "Orang tua saya sudah banyak keluarkan dana untuk memesarkan anak-anaknya. Tepatnya 11 kakak saya, saya anak ke-12, paling bungsu. Saya pun tidak ingin menyusahkannya," kata lelaki kelahiran Makassar, 27 Januari 1964 itu.

Otomatis, Komisaris Utama IMB Grup saat itu harus mencari kerjaan. "Saya mencari kerjaan sana-sini. Alhamdulillah diterima di perusahaan otomotif, diler motor Vespa, PT Diana Indonesia sebagai marketing," katanya.

Uniknya, saat berhadapan dengan manager, Idris bilang tidak ingin digaji.
"Saat itu saya tidak berfikir gaji, intinya mau membuka diri, perbanyak networking dengan tekad kuat. Saya tidak perlu gaji dulu. Biarkan saya kerja dan hasil dari kerja saya itu, baru dibayarkan," ujarnya.

Ia pun diterima. "Bos siapa yang tidak ingin menerima tawaran seperti itu. Saya diterima dengan konpensasi. Tidak mengikuti waktu kerja karyawan lainnya," katanya.

Ini mengingat, Idris harus menyesuaikan waktu kuliahnya dengan waktu kerja. Pukul 11.00 Wita kuliah selesai, ia lebih dulu dilatih menjadi seorang marketing.

"Produk knowledge saya pelajari hingga tiga hari, hingga semua informasi terkait tipe, keunggulan, dan promo produk Vespa sudah dihafal di luar kepala," katanya.

Tidak sekadar pengetahuan terkait produk, penampilan pun harus harus mumpuni. "Saya pakai dasi, dengan kemeja. Seperti eksekutif muda. Apalagi kala itu, badan saya cukup oke, begitu juga dengan tampang pun cukup oke," katanya.

Selepas training, ia pun memulai kerja. Mantan Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI ) Sulsel itu mendapat dispensasi boleh bekerja pukul 11.00. Mengingat, pagi ia harus kuliah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved