Kapolri Tito Boyong Tiga Jenderal dari Jakarta ke Makassar, Ada Apa?
Tiba di Bandara, Kapolri Tito disambut Kapolda Sulsel Irjen Pol Umar Septono,Pangkosekhanudnas II Marsma TNI Andi Heru Wahyudi.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Nurul Adha Islamiah
Dirinya juga menjelaskan bahwa para teroris memang sengaja membuat konfrontasi dengan pihak berwajib.
"Pada saat konfrontasi (tembak-menembak kontak dengan petugas) terjadi, mereka bisa membunuh dan mendapatkan pahala. Kalau mereka terbunuh, langsung masuk surga," jelas Tito.
Dia kemudian mencontohkan dengan penyerangan yang terjadi di Mapolda Riau.
Dalam insiden tersebut, sebuah mobil Avanza yang berisikan 5 orang terduga teroris menabrak seorang petugas hingga meninggal.
"Mereka lalu mengeluarkan samurai berapa pun yang bisa mereka serang dan bunuh bisa mendapat pahala, namun jika gagal akan tetap masuk surga. Itu yang dipikiran mereka," ungkapnya.
Karena itu, pihaknya berusaha menghindari konfontrasi terbuka agar bisa menangkap para teroris dalam keadaan hidup.
"Jadi yang kita lakukan tekniknya jangan mencari konfrontasi terbuka, namun melakukan penangkapan saat mereka lengah" kata Tito.
"Kalau seandainya konfrontasi terbuka, itu jaga jarak. Saya berpesan jangan gunakan langkah-langkah penyerbuan karena mereka juga siap mati," imbuhnya.
Lalu, Tito Karnavian mengisahkan satu cerita unik saat dirinya menangkap teroris beberapa tahun silam.
"Saya pernah menangkap kasus bom Kedutaan Besar Australia di Bogor, begitu kami tangkap hidup-hidup mereka menangis di kendaraan.
Kenapa kamu menangis?
Kenapa kita tidak kontak?
Kenapa saya nggak bisa membunuh bapak?
Kenapa bapak nggak bunuh saya?
Saya kehilangan golden momentum untuk masuk surga.