KLAKSON
Kolom Abdul Karim: Ishak Ngeljaratan Bukan Kotak Kosong
Penulis adalah mantan Direktur LAPAR Sulsel. Kini Senior Advisor Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Wilayah Sulawesi Selatan.
Sebab kekerasan kontraproduktif dengan nilai-nilai universalitas kemanusiaan. Dan bagi Ishak, kekerasan merontokkan keimanan.
Dalam hal keimanan, gagasan Ishak menyerupai pemikiran Gus Dur. Kita ingat, ucapan Gus Dur pada suatu waktu; “saya dan Romo Mangun berbeda agama, tapi satu iman,”.
Iman bagi kedua sosok ini bukanlah sebuah benteng kekar dan tertutup. Sebab benteng adalah tanda kecemasan dan kekuasaan.
Iman bagi mereka adalah sebuah obor yang tak pernah padam, menerangi gelapnya kebudayaan manusia.
Kebudayaan adalah proses yang tak pernah usai, karena itu ia memerlukan konsistensi. Ishak Ngeljaratan mengiktibarkan konsistensi dan kesederhaan yang bersahaja.
Dengan keterbatasannya, ia menjangkau mereka yang bukan kaumnya dengan angkutan umum, seraya melintasi ruang dan waktu tanpa peduli umur.
Tetapi Senin kemarin, umur Ishak usai. Namun, Ishak tak pernah mati.
Ia senantiasa hadir dalam jiwa para pejuang kemanusiaan, kebebasan, kemerdekaan, keragaman dan perdamaian.
Dengan ini semua, kita paham bahwa Ishak bukanlah kotak kosong. Ia pergi mewariskan isi tentang nilai-nilai kemanusiaan universal itu. (*)