Tambah Laboratorium untuk Taruna, Polimarim AMI Bakal Pasang Cargo Handling Simulator
Alat ini baru ada di Dewan Penguji Keahlian Pelaut (DPKP) dengan fasilitas 15 layar
Penulis: Munawwarah Ahmad | Editor: Arif Fuddin Usman
Sesuai STCW 2010
Mantan Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (Kapusbang SDM) Perhubungan Laut Kementerian Hubungan, Capt Indra Priyatna MM menjelaskan pengadaan LCHS tersebut bagian dari rekomendasi STCW 2010.
Sesuai dengan aturan di Standards of Training, Certification and Watchkeeping (STCW) for Seafarers, beberapa simulator yang awalnya hanaya direkomendasikan atau tidak wajib, kini menjadi mandatoring alias wajib bagi diklat pelayaran.
Baca: Civitas Akademika Politeknik Maritim AMI Makassar Peringati Maulid Nabi
Baca: Tim Debat Polimarim AMI Makassar Juara I Lomba Debat Bahasa Inggris di Kampus PIP Makassar
“Setelah STCW 2010 berlaku, simulator termasuk cargo handling ini harus dimiliki diklat pelayaran seperti Polimarim. Selain itu, alat ini juga untuk mendukung pelaksanaan ujian taruna-taruni secara komprehensif,” ujarnya.
Bahkan, peralatan ini akan melengkapi fasilitas simulator sebelumnya yakni Bridge Simulator dan Engine Simulator. Polimarim juga sudah melakukan uji kompetensi pelaut (UKP) mandiri dengan fasilitas Computer Based Assessment (CBA) yang baru berjumlah 100 unit.
Tingkatkan Kompetensi
Keberadaan cargo handling simulator, menurut Indra –yang kini bergabung di Polimarim, bakal menjamin taruna dari jurusan nautika bakal memiliki kompetensi yang lebih baik lagi.
Baca: Gelombang Keempat Ujian KTI Polimarim AMI Makassar, Cetak Rekor Peserta Terbanyak
Baca: Pertama Kali Nasional, Polimarim AMI Makassar Gelar UKP Mandiri Berbasis CBA
Sebelum terjun praktik laut, bakal memiliki keterampilan terkait penanganan dan pemahaman terhadap muatan cair di kapal bisa lebih tinggi.

”Simulator untuk cargo ini bakal membuat taruna lebih trampil dan pihak Polimarim AMI juga bisa menggelar kursus diklat untuk penanganan muatan cair dari kapal tanker,” jelasnya.
Lebih lanjut Indra menjelaskan, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk pemasangan simulator ini hingga bisa dioperasikan. “Pada bulan Maret atau April alat tersebut sudah bisa dioperasikan,” lanjutnya. (*)