Memorabilia Yushar Huduri
Pembaca Buku yang Ulet
Almarhum adalah seorang yang ramah. Dia selalu menyapa dengan ‘’Pak Abu’’, meski saya merasa tidak lazim.
Setelah berhenti sebagai Kepala Bagian Keuangan Kantor Gubernur Sulsel, saya kehilangan jejak Pak Yus. Suatu hari saya memberanikan diri meneleponnya. Dengan suara yang terdengar sangat gembira dia menyampaikan kalimat begini.
‘’Pak Abu, datang ki tengok perpustakaanku di Jl. Parangtambung nah... Ada ruko kecil di situ, saya ambil. Di lantai dua, saya jadikan perpustakaan yang terbuka untuk siapa pun yang datang membaca. Tentu tidak boleh bawa pulang. Tolong, jika ada buku yang lebih, saya minta bisa mengisi perpustakaanku,’’ pesannya.
‘’Siaaap.. Siap, Pak Yus. Saya kumpulkan dulu dan akan membawanya,’’ kata saya dengan gembira sambil berjanji kapan waktu bertemu.
Hari Sabtu atau Ahad sore kalau tidak salah, saya menyambanginya di Jl. Parangtambung.
Kebetulan juga perpustakaan Pak Yus situ satu jejer dengan Warkop Om Ben (Bunyamin, eks wartawan Tribun Timur). Saya membawa beberapa buku yang ada di rumah saya dan Pak Yus meminta orang-orangnya di perpustakaan mengaturnya di rak buku yang tampak sangat rapi.
Saya hanya sempat sekali bertemu dengan almarhum se-usai pertemuan di perpustakaannya. Hari itu, saya bersama beberapa orang anggota Pengurus KONI Sulsel mengadakan dengar pendapat dengan salah satu komisi di DPRD Sulsel yang membidangi masalah olahraga.
Pas saya keluar dari lif, Pak Yus juga berdiri di depan tangga berjalan itu.
‘’Oh..Pak Abu,’’ yang ternyata itu sapaan terakhir kali kepada saya, sebelum berita duka merebak di WAG Pengurus KONI Sulsel, Rabu (31/5) pagi.
Inna lillahi wa inna lillahi wainna ilaihi raa jiun…(*)