Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kepergian Ulama Tarekat Menuju Tuhan

Almarhum merupakan saudara Syekh Sayyid Abd. Rahim Assegaf Puang Makka mursyid tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy.

|
Editor: Sudirman
DOK PRIBADI
RUBRIK OPINI - Mahmud Suyuti, Katib ‘Am Jam’iyah Khalwatiyah. Mahmud Suyuti merupakan salah satu penulis rubrik Opini Tribun Timur. 

Minimal tiga tausiah Puang Ramma yang perlu dikemukakan.

Pertama, “NU dibangun oleh para ulama maka lanjutkan perjuangan mereka, jangan kecewakan mereka”. Tausiah ini sebagai pesan visual agar kaum Nahdliyyin tergugah untuk melanjutkan khittah cita-cita perjuangan ulama NU.

Kedua, “Alai Sifa’na Waede”, ambillah sifatnya air. Sifat sekaligus zat air adalah mensucikan sebagai simbol bagi manusia agar selalu dalam keadan suci dan bersih secara lahir maupun batin. 

Ketiga, “Padecengi Atimmu”, perbaiki hatimu, sucikan hatimu atau bersihkan hatimu yang oleh Puang Makka sebagai mursyid ke-12 penerus Puang Ramma menekankan agar murid-muridnya selalu tazkiyatul qalb ‘an sifatil mazmumah, yakni pensucian jiwa dari sifat-sifat tercelah.
 
Mahabbah ke Ulama dan Pahlawan Bangsa

Memuliakan ulama sekelas Allahuyarham Puang Tika bukan berarti mengkultuskannya tetapi sebagai ekspektasi rasa mahabbah terhadapnya.

“Kecintaan Allah dan Rasulullah padamu tergantung kecintaanmu kepada Orang Tua dan Gurumu”. Demikian pesan ritual dalam tarekat.

Kepergian ulama menuju Tuhannya seperti Puang Tika tidak perlu ditangisi walaupun air mata seperti tidak bisa dibendung tetapi karena adanya mahabbah maka ketulusan melepaskannya merupakan implementasi mahabbah yang dalam dunia tasauf menjadi maqam yang sangat urgen.

Sama halnya dengan para pahlawan yang telah wafat dan diperingati setiap 10 November seharusnya didoakan sebagai simbol mahabbah.

Perspektif kebangsaan peringatan ini diwujudkan melalui berbagai kegiatan seperti upacara dan ziarah tabur bunga di makam pahlawan.

Tujuan ziarah adalah sebagai bentuk penghormatan, rasa syukur dan penghargaan atas jasa pahlawan yang telah gugur demi kemerdekaan Indonesia.

Selain itu adalah menjadi momen untuk meneladani semangat juang mereka dan menumbuhkan rasa nasionalisme.

Sunnah ziarah makam dicontohkan oleh Nabi SAW yang selalu mengunjugi makam syuhada yang dimakamkan di Baqi.

Mereka adalah pahlawan yang syahid di Uhud. Setiap Nabi SAW ziarah mengucapkan salam dan mendoakan mereka atas amal-amal yang telah mereka kerjakan.

Banyak riwayat menyebutkan bahwa Nabi SAW seringkali mengunjungi Baqi dan mendatangi makam syuhada lainnya lalu mendoakan mereka (HR. al-Nasai: 698 dan Ibn Majah: 1412 disahihkan Albani: 1168).

Hadis tersebut sebagai dalil pentingnya mengenang para pahlawan dan mendoakan mereka dan tentunya yang penting adalah sekali lagi menumbuhkan rasa mahabbah dengan cara memberi penghormatan terhadap para tokoh yang berkontribusi besar bagi kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia. 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved