Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

 Dari Tuturan Lisan ke Jejak Digital

Masuk ke babak keaksaraan, manusia beralih ke sistem rekam yang memungkinkan pengetahuan terdokumentasi serta disebarluaskan secara lebih luas.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Putri Aulia Mayapada Mahasiswa Sastra Indonesia UNM 

Dalam format digital, tulisan dan ujaran berpadu serta saling melengkapi. Teks kadang mengadopsi gaya percakapan lisan, sementara narasi verbal sering dikemas dalam bentuk tulisan digital.

Bila menilik dari sisi pendidikan dan kebudayaan, perpaduan kelisanan, keaksaraan dan media digital layak mendapat perhatian khusus.

Di ranah pendidikan, tidak cukup menghadirkan teks atau data saja. Perlu ruang dialog, diskusi, serta interaksi yang menghidupkan proses belajar dan membangun kreativitas.

Nilai kolektif, pengalaman hidup, dan kreativitas dalam bermusyawarah tetap jadi aspek sentral yang seharusnya dijaga.

Pada dasarnya, masyarakat modern harus mampu mengintegrasikan semua medium komunikasi demi membangun ekosistem pengetahuan yang dinamis dan adaptif.

Hanya mengandalkan satu medium tertentu berpotensi memunculkan distorsi makna dan erosi budaya.

Sebaliknya, perpaduan kelisanan, keaksaraan serta digitalisasi melahirkan ruang baru bagi inovasi sekaligus pelestarian nilai-nilai kemanusiaan.

Proses belajar, komunikasi, serta pewarisan pengetahuan seharusnya dipahami sebagai kerja bersama, bukan monopoli satu bentuk ekspresi tertentu saja.

Ketimbang mencari keunggulan mutlak satu medium, seharusnya masyarakat kritis mengembangkan kemampuan berpikir kontekstual yang dialogis.

Pengembangan komunikasi ideal harus tetap memperhatikan konteks budaya, identitas, serta kebutuhan zaman.

Transformasi teknologi, meski menawarkan kecepatan, efisiensi dan daya jangkau luas, tidak boleh menggeser nilai kolektif yang selama ini dijaga melalui budaya dialog serta interaksi langsung.

Berdasarkan refleksi ini, menjaga keseimbangan antara tradisi tutur, tulisan dan media digital merupakan strategi efektif dalam membangun masyarakat kritis serta kreatif.

Identitas manusia selalu lahir dari negosiasi lintas ekspresi, proses interpretasi dan pemaknaan yang berlangsung melalui interaksi, diskusi, maupun pewarisan pengalaman.

Dunia digital, bila dimanfaatkan dengan bijak, tidak menjadi ancaman bagi tradisi lisan, melainkan peluang memperluas jejaring budaya serta memperkaya khazanah pengetahuan.

Merawat tradisi lisan berarti menjaga empati dan kebersamaan, sedangkan melestarikan keaksaraan berarti membuka ruang analisis dan refleksi.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved