Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Indonesia dan Tantangan Aging Population yang Dihadapi

Indonesia diperpikaran telah memasuki masa aging population sejak tahun 2020-2021

Editor: Ari Maryadi
ISTIMEWA
Andi Ali Syahid Mahasiswa S2 Universitas Airlangga Surabaya 

Oleh Andi Ali Syahid 
Mahasiswa S2 Universitas Airlangga Surabaya

 

MANUSIA akan mengalami masa perkembangan dalam hidupnya dalam serangkainan priode yang berurutan, mulai priode prenatal hingga lansia dan semua individu pasti mengikuti pola perkembangan tersebut dengan pasti. Pada era sekarang Indonesia sedang memasuki masa aging population dimana angka harapan hidup lansia terus meningkat. Fenomena tersebut bukan lagi prediksi masa depan tetapi realitas demografi yang sedang terjadi dan memerlukan perhatian yang serius. 

Indonesia diperpikaran telah memasuki masa aging population sejak tahun 2020-2021. Berdasarkan sesnsus penduduk Indonesia (SPPI) 2023, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mencapai 29 juta jiwa atau sekitar 12 persen dari total penduduk.

Dimana pada tahun tersebut persentase penduduk lansia di Indonesia meningkat menjadi 10,48 % , naik sekitar 1,27 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Indonesia juga dianggap telah memasuki masa aging population karena persentase penduduk lansia yang terus meningkat menurut WHO, yaitu di atas 10?ri total populasi.

Perubahan tersebut terlihat dari pergeseran bentuk piramida penduduk Indonesia, dari awalnya lebih kebawah (banyak anak muda) menjadi berbentu lonceng atau guci dimana poporsi usia produktif dan lansia yang semakin seimbang, bahkan lansia menjadi segmen yang tumbuh paling cepat. Adapun beberapa tantangan besar era aging population 

Transisi tersebut menimbulkan adanya implikasi multidimensi, terutama dalam aspek Kesehatan, ekonomi, dan sosial.

Pertama, krisis Kesehatan dan bebean disabilitas. Meskipun saat ini usia harapan hidup (UHH) meningkat, tetapi sayangnya peningkatan tersebut tidak selalau sejalan dengan kualitas Kesehatan diamana isu utamanya adalah:

Rata-rata orang Indonesia menghabiskan 8 hingga 11 tahun terakhir hidupnya dalam kondisi sakit atau keterbatasan aktivitas

Lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang tidak menular (PTM), misalnya diabetes, penyakit jantung, stroke, dan gangguan kognitif (dimensia)

Indonesia dinilai masih kurang dalam tenaga geriatric yang sangat terlatih. Sistem kesehatan, terutama di tingkat puskesmas, perlu diadaptasi agar mampu lebih ramah lansia dan bisa fokus terhadap perawatan jangka Panjang

Kedua, kelemahan jaminan ekonomi. Kesejahtaraan finansial lansia menjadi isu yang paling krusial karena kurangnya sistem jaminan sosial yang komperhensif.

Sebagaian besar lansia di Indonesia tidak memiliki jaminan pensiun yang memadai.

Mayoritas rumah tangga lansia madih bergantung pada transfer pendapatan pada anak (sandwich generation). Banyak lansia yang harus tetap bekerja, seringkali juga di sektor informal dengan resiko ekonomi yang tin ggi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ketiga, beban pengasuhan. Perawatan lansia secara tradisonal dilakukan oleh keluarga. Tetapi dengan semakin tingginya partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan ukuran keluarga yang semakin kecil, beban pengasuhan menjadi stressor psikologis dan ekonomi yang signifikan bagi generasi produktif (anak-anak lansia).

Dalam hal psikologis kondisi yang ditimbulkan juga berdapak pada salah satu isu yang kerap muncul yaitu tingkat stress pada lansia.

Mengapa lansia mengalami stress. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa stress pada lansia muncul karena faktor biologis, sosial, dan psikologis. Antara lain:

Kesehatan yang menurun. Penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan jantung membuat lansia merasa dirinya lebih rentan

Kesepian dan kehilangan. Berkurangnya interaksi sosial, ditambah kehilangan teman atau pasangan, dapat memicu perasaan terisolasi.

Ketidakpastian finansial. Tidak semua lansia memiliki tabungan pensiun ataupun jaminan sosial yang memadai, sehingga kerap muncul kekhawatiran ekonomi.

Perubahan peran. Lansia yang dulu produktif bekerja dapat merasa kehioangan makna hidup ketika pensiun.

Langkah yang dapat diambil. Aging population tidak selalu dianggap sebagai tantangan tetapi terdapat peluang besar yang dapat dioptimalkan.

Lansia bisa menjadi sumber daya berharga. Diamana dengan adanya beberapa lansia yang tetap sehat dan aktif beraktivitas. 

Mereka yang memiliki pengaetahuan, keterampilan, dan pengalaman hidup yang dapat dibagikan ke generari muda. Misalnya di Jepang masih banyak lansia yang aktif bekerja paruh waktu dan terlibat dalam kegiatan komunitas.

Hal tersebut dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia agar lansia tersebut tetap berdaya.

Angka harapan hidup yang diperkiranakan akan terus meningkat hingga tahun 2045, saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaan. Jika dikelola dengan tepat, masa tua yang sehat dan produktif bukan hanya sebuah mimpi. Adapun Langkah yang perlu dilakukan adalah:

Membangun sistem kesehatan ramah lansia. Menyiapkan program pensiun dan jaminan sosial berkelanjutan. Mendorong gaya hidup sehat sejak muda. Memberikan ruang bagi lansia untuk tetap aktif dalam masyarakat.

Indonesia telah melewati ambang batas menuju aging population. Tantangan di sektor kesehatan dan ekonomi mendesak pemerintah maupun masyarakat untuk bertindak cepat.

Kunci suksesnya adalah mengubah pandangan kita dimana tindak menganggap lansia sebagi kelompok yang perlu ditanggung melainkan sebagai sumber daya yang harus dioptimalkan dan diberdayakan agar Indonesia mencapai masa keemasan yang tidak hanya panjang umur, tetapi juga berkualitas, sehat, dan bermartabat.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved