Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Surat untuk Presiden Prabowo: Bapak akan Tersenyum di Hadapan Tuhan Bersama Semua Pahlawan itu

Namun Agustus lalu, sukacita berganti api amarah dan asap kecewa. Sungguh muram. Sepuluh nyawa anak negeri melayang.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
PENULIS OPINI TRIBUN TIMUR - Foto Andi Sukmono Kumba yang dikirim ke Tribun-Timur.com pada 7 Oktober 2025. Foto ini dikirim AS Kumba untuk melengkapi naskah opini yang dia tulis untuk dipublikasi di Tribun-Timur.com 

*Menyulih Bara jadi Suluh*

Bapak Presiden, “Amarah Agustus” bukan hasrat mengacau, tetapi resonansi moral terhadap kuasa politik yang kerap melucuti kehormatan negeri—kehilangan keinsafan tujuan kemerdekaan.

Orde Lama terbelit silang ideologi; Orde Baru membangun dengan sunyi kebebasan; Reformasi membebaskan namun tersaruk remang tambal-sulam.

Tanpa koreksi menyeluruh, bangsa akan tersandung kegagalan yang sama dengan ilusi berbeda.

Saatnya gotong royong, menyulih bara menjadi suluh penerang haluan: ilham tindakan merapikan ulang cita kemerdekaan.

Terpuji mengubah lintasan “jalan menuju” menjadi “jalan tiba” yang lapang bagi semua—panggilan sejarah dengan seru reformasi ganda.

*Reformasi Ganda*

Bapak Presiden, reformasi ganda menuntut perubahan simultan: memperkuat akar di hulu melalui reformasi fundamental, dan menggerakkan visi di hilir dengan reformasi progresif.

Reformasi fundamental berarti menata ulang fondasi politik. Demokrasi disuburkan pada kedalaman hikmat kebijaksanaan, bukan sekadar prosedural dangkal: suara dihitung, kursi dibagi, rakyat dilupakan.

Partai politik dikembalikan pada fitrahnya sebagai amanah rakyat, bebas dari jerat personalisasi dan oligarki.

Ibarat orkestra, “partitur” dan “pemain” nadi yang menentukan simfoni harmoni. Dentang menepati ikrar: hidup layak tanpa kecuali, hukum berwibawa melindungi, kebijakan berpijak pada akal sehat dan nurani.

Reformasi progresif berarti keberanian menyalakan imajinasi kemerdekaan baru—Indonesia unggul, turut mengasuh ketertiban dan arah zaman; lebih dari sekadar maju dan bermartabat.

Sendi terpenting, selain keteladanan yang memompa kuantum, adalah revolusi pendidikan. Sekolah dan kampus menjadi rahim kreasi dan inovasi, bukan pabrik ijazah yang “mengekang” potensi pelopor anak negeri.

Kedaulatan digital tak kalah penting dari pangan, energi, dan ekologi—agar kita tak selamanya dimangsa algoritma yang buta Pancasila.

Reformasi ganda adalah kepak sayap Garuda yang mengangkasa: ekosistem Pancasila.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved