Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Bermaulid Bukan di Bulan Maulid

Namun dengan berakhirnya bulan Maulid, lewatnya Rabiul Awal, apakah berakhir pula perayaan maulid Nabi saw.?

Editor: Sudirman
DOK PRIBADI
RUBRIK OPINI - Mahmud Suyuti, Katib ‘Am Jam’iyah Khalwatiyah. Mahmud Suyuti merupakan salah satu penulis rubrik Opini Tribun Timur. 

Kendati Nabi SAW dilahirkan 12 Rabiul Awal 570 M, namun syiar maulid tidak hanya diperingati pada tanggal dan bulan tersebut saja karena alasan lil tarhib.

Demi meraih kemuliaan dan bersyukur mengenang kelahiran Nabi SAW maka bisa saja maulid dilaksanakan di luar bulan maulid dengan berbagai kekhasan.

Biasanya dilaksanakan dengan berkumpul di suatu tempat dan lazimnya dimulai dengan pembacaan ayat suci al-Qur’an.

Mereka dengan khusyu mendengarkan ayat al-Qur’an dibacakan, mendengarkan ceramah yang berisi mauidzatul hasanah untuk meneladani Nabi SAW.

Secara bersama-sama mereka membaca shalawat, membaca biografi Nabi SAW yang termaktub dalam syair-syair kitab al-Barzanji.

Bagi ulama tarekat amaliah shalawatan dan pembacaan kitab al-Barzanji bahkan bacaan-bacaan untuk memuliakan Nabi SAW dalam berbagai kitab ratib telah menjadi amalan rutin.

Itulah sebabnya di internal tarekat menjadikan syiar maulid Nabi SAW sebagai keharusan pada setiap kesempatan tanpa terikat oleh waktu.

Ulama tarekat memahami bahwa maulid bukan saja bertujuan untuk memuliakan Nabi SAW tetapi sebagai ekspresi rasa cinta yang mendalam terhadapnya.

Kecintaan kepada Nabi SAW dalam dunia tarekat merupakan suatu maqam tertinggi yang disebut mahabbah.

Nabi SAW bersabda, tidak sempurna keimanan seseorang hingga ia lebih mencintaiku dari pada yang  lain (HR. Bukhari).

Jika maulid hanya dilaksanakan pada bulan maulid maka mahabbah terhadap Nabi SAW hanya pada bulan itu saja.

Sedangkan banyak dalil menegaskan bahwa mahabbah haruslah dipelihara, ditumbuhmekarkan tanpa batas waktu tertentu.

Jadi pelaksanaan maulid sejatinya tidak terbatas pada bulan maulid saja. Perayaan maulid pelaksanaannya tidak terikat dengan situasi dan kondisi.

Semakin sering kita bermaulid semakin banyak peluang mendapat syafaat dari Nabi SAW.

Dalam hadis disebutkan, barang siapa yang memuliakan kelahiranku, maka saya menjamin baginya syafaat di hari kiamat.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved