Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

PBNU

Idrus Marham Prihatin PBNU Jadi Arena Rebutan Kekuasaan: NU Bukan Milik Elite Kecil

Anggota MPO PB IKA PMII, Idrus Marham, menyampaikan keprihatinannya atas memanasnya konflik internal di tubuh PBNU.

Editor: Muh Hasim Arfah
Tribunnews.com
KONFLIK PBNU-Anggota MPO PB IKA PMII, Idrus Marham. Idrus menyampaikan keprihatinannya atas memanasnya konflik internal di tubuh PBNU. 

Ringkasan Berita:
  • Rais Aam PBNU, K.H. Miftachul Akhyar meminta Ketua Tanfidziyah PBNU Yahya Cholil Staquf mundur dari jabatannya. 
  • Idrus Marham meminta tak ada perebutuan pengaruh di PBNU

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA- Anggota MPO PB IKA PMII, Idrus Marham, menyampaikan keprihatinannya atas memanasnya konflik internal di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

PMII kepanjangan dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. 

PMII yaitu organisasi gerakan dan kaderisasi mahasiswa yang berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.

Organisasi ini didirikan pada tanggal 17 April 1960 di Surabaya dan awalnya merupakan wadah kaderisasi mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU). 

Ia menegaskan, situasi yang berkembang belakangan ini tidak boleh berubah menjadi ajang konsolidasi kelompok atau perebutan kekuasaan oleh segelintir elite.

“NU ini milik rakyat, milik warga NU, bukan milik satu kelompok kecil,” ujar Idrus menegaskan.

Krisis mencuat setelah beredarnya Risalah Rapat Harian Syuriah PBNU yang menuntut Ketua Umum PBNU, K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), mundur dalam waktu tiga hari. 

Risalah yang diteken itu bahkan memuat ancaman pemberhentian oleh Syuriah jika permintaan tidak dipenuhi.

Gus Yahya menolak desakan tersebut dan menegaskan masa jabatannya—hasil Muktamar ke-34—adalah lima tahun dan akan dijalani penuh. Ia juga mempertanyakan keabsahan risalah yang viral itu karena ditandatangani manual dan belum ia terima secara resmi.

Dalam pertemuan tertutup bersama para Ketua PWNU dari seluruh Indonesia di Surabaya, Gus Yahya menyampaikan penjelasan panjang soal isu tersebut dan membuka ruang konsolidasi. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada PWNU untuk menentukan sikap.

Baca juga: PCNU Wajo Minta Polemik PBNU Diselesaikan Secara Internal

“NU ini bukan milik saya saja. Semua pengurus di semua tingkatan punya hak dan tanggung jawab,” katanya.

Namun, laporan sejumlah media menyebut banyak Ketua PWNU tidak hadir dalam pertemuan itu, memunculkan spekulasi soal menghangatnya dinamika internal.

Idrus Marham: NU Harus Kembali pada Khittah

Menanggapi kegaduhan ini, Idrus Marham tampil sebagai suara kritis. Ia menekankan bahwa NU tidak boleh menjadi zona perebutan pengaruh yang dimainkan oleh elite kecil. Ia mengingatkan bahwa NU dibangun dari pesantren, akar rumput, dan kolektivitas umat, bukan oleh manuver politik.

“PBNU harus kembali menjalankan nilai musyawarah, transparansi, dan pengabdian kepada warga NU. Bukan menjadi tempat manuver politik internal,” tegas Idrus.

Ia juga mengulas sejarah NU dan menyebut nama-nama besar para pendiri—seperti K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Wahab Chasbullah, K.H. Ridwan Semarang, hingga K.H.R. Asnawi—sebagai rujukan moral bahwa organisasi ini lahir dari ketulusan, bukan ambisi kekuasaan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved