Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Aktivis Desak Jaksa Agung Usut Tuntas Kasus Semanggi I di Depan Istana Presiden

Aktivis dari sejumlah organisasi, mahasiswa dan masyarakat sipil mengikuti Aksi Kamisan memperingati 27 tahun Semanggai I di Jakarta.

Editor: Muh Hasim Arfah
TRIBUNNEWS/HERUDIN
PERINGATAN TRAGEDI SEMANGGI - Aktivis dari sejumlah organisasi, mahasiswa dan masyarakat sipil mengikuti Aksi Kamisan ke-886 sekaligus memperingati 27 tahun Semanggai I di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/11/2025). Dalam aksinya, mereka mendesak Jaksa Agung mengusut tuntas kasus Semanggi I dan meminta kepada pemerintah untuk mencabut gelar pahlawan nasional Soeharto. 

TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA– Aktivis dari sejumlah organisasi, mahasiswa dan masyarakat sipil mengikuti Aksi Kamisan ke-886 sekaligus memperingati 27 tahun Semanggai I di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Dalam aksinya, mereka mendesak Jaksa Agung mengusut tuntas kasus Semanggi I dan meminta kepada pemerintah untuk mencabut gelar pahlawan nasional Soeharto

Mereka membawa foto Soeharto

Ada beberapa karton protes seperti #usut tuntas kasus semanggi I.

Ada juga permintaan bentuk segera monumen Memorilisiasi Kasus Tanjung Priok 1984. 

Baca juga: Pahlawan Soeharto

Tragedi Semanggi: Luka Berdarah dalam Perjalanan Reformasi Indonesia

Tragedi Semanggi menjadi salah satu peristiwa kelam dalam sejarah reformasi Indonesia, ketika aparat keamanan menembaki massa aksi yang terdiri dari mahasiswa dan warga sipil tak bersenjata di Jakarta.

Peristiwa ini terjadi dalam dua gelombang besar: Semanggi I pada 13 November 1998 dan Semanggi II pada 24 September 1999.

Pada Semanggi I, bentrokan bermula dari penolakan mahasiswa terhadap Sidang Istimewa MPR yang digelar pemerintahan transisi Presiden B.J. Habibie.

Para mahasiswa menuntut agar militer tidak lagi terlibat dalam politik dan mendesak pembersihan unsur Orde Baru dari pemerintahan.

Sejak 11 November 1998, aksi unjuk rasa terjadi di berbagai titik Jakarta. Ribuan mahasiswa dan warga mencoba bergerak menuju Gedung DPR/MPR, namun dihadang aparat bersenjata dan pasukan Pam Swakarsa.

Situasi memanas pada 13 November, ketika aparat mulai menembakkan peluru tajam ke arah massa di kawasan Semanggi dan sekitar Universitas Atma Jaya.

Penembakan berlangsung hingga dini hari, menewaskan 17 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

Di antara korban yang gugur adalah Teddy Mardani dari Institut Teknologi Indonesia dan Bernardus Realino Norma Irmawan (Wawan), mahasiswa Universitas Atma Jaya Jakarta.

Banyak korban lainnya merupakan pelajar, warga sipil, bahkan anak kecil yang terkena peluru nyasar.

Tragedi ini mengguncang publik dan memicu gelombang protes besar-besaran di seluruh Indonesia.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved