Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kereta Cepat

PDIP Pertanyakan Strategi Jokowi Rayu Presiden China Bangun Whoosh Jika Tak Cari Untung

Bagaimana Jokowi merayu Presiden China Xi Jinping dalam membangun proyek kereta cepat jika disebut tidak mencari keuntungan.

Editor: Ansar
Satpres
KERETA CEPAT WHOOSH - Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat berfoto dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, sebelum berangkat menuju Stasiun Padalarang, Jawa Barat, Rabu (13/9/2023). Politisi PDI Perjuangan Ferdinand Hutahaean mengaku terkejut dengan pernyataan Mantan Presiden Joko Widodo soal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh bukan untuk mencari laba. 

"Bagaimana cara Jokowi dulu merayu Xi Jinping supaya mau membiayai proyek ini, kalau ini memang didesain untuk proyek rugi, proyek investasi sosial?"

"Kira-kira Jokowi ngomong apa ke Xi Jinping? 'Mister Xi, investasilah di kereta cepat ini. Proyek investasi sosial public service obligation nanti kalau rugi tidak apa-apa'?"

Ferdinand pun menyebut, Whoosh saat ini belum menjadi pilihan utama transportasi masyarakat dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya.

Menurutnya, kalau Whoosh sudah jadi pilihan utama masyarakat, tentunya tidak akan merugi.

"Proyeksi yang diharapkan tadinya, gerbong kereta ini bisa terjual 80 persen atau 70 persen, maka operasionalnya ketutupi dan tidak rugi." ucap Ferdinand.

"Tapi ternyata hari ini kita tahu kebenaran setiap hari kerugian kerta cepat ini miliaran."

Whoosh Bukan Kebutuhan Mendasar Masyarakat

Ferdinand Hutahaean juga terkejut dengan pernyataan Jokowi soal Whoosh bukan mencari laba, melainkan menjadi investasi sosial.

Sebab, menurutnya, proyek kereta cepat ini bukanlah kebutuhan mendasar masyarakat.

Selain itu, proyek tersebut, kata dia, tidak bisa dimasukkan kategori investasi sosial maupun public service obligation atau kewajiban dalam menyediakan layanan publik.

"Saya mengikuti statement-nya Pak Jokowi ya. Dan saya cukup kaget dan sedikit heran, mendengar beliau menyampaikan pendapatnya bahwa ini adalah tentang investasi sosial," kata Ferdinand.

"Kenapa kaget?"

"Kita memang memaklumi ketika kebutuhan mendasar masyarakat itu menjadi tanggung jawab negara dan di situlah hadirnya negara yang disebut dalam public service obligation, dan kereta cepat ini tidak bisa disebut masuk kategori investasi sosial maupun public service obligation."

"Kenapa demikian? Karena kereta cepat ini bukan kebutuhan mendasar masyarakat."

Selanjutnya, Ferdinand menyebut, yang lebih layak disebut kebutuhan mendasar masyarakat adalah TransJakarta, bukan Whoosh.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved