Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

KAJ Sulsel: Putusan PN Jaksel Jaga Kebebasan Pers

Muhammad Idris menilai penyelesaiannya harus melalui sengketa pers melalui Dewan Pers, bukan pengadilan negeri

Muslimin Emba/Tribun Timur
DEMO - Suasana aksi solidaritas Koalisi Advokasi Jurnalis (KAJ) Sulawesi Selatan bersama pers mahasiswa, lembaga independen hingga individu pegiat demokrasi mengelar aksi solidaritas terhadap ancaman kemerdekaan pers di Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (4/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • PN Jaksel mengabulkan eksepsi Tempo
  • Ketua KAJ Sulsel Muhammad Idris menilai putusan itu sesuai mekanisme hukum dalam sengketa pers
  • Idris berpandangan, putusan PN Jaksel patuh UU Pers

 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Koordinator Koalisi Advokasi Jurnalis (KAJ) Sulsel, Muhammad Idris, mengapresiasi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengabulkan eksepsi Tempo dalam perkara gugatan perdata Menteri Pertanian Amran Sulaiman. 

Idris menilai keputusan tersebut sangat tepat karena sesuai mekanisme hukum yang mengatur tentang sengketa pers di Indonesia.

Menurutnya, gugatan yang diajukan Amran Sulaiman terhadap Tempo seharusnya tidak diperiksa oleh pengadilan umum.

Terkait pemberitaan merupakan sengketa pers yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Sehingga, penyelesaiannya harus melalui sengketa pers melalui Dewan Pers, bukan pengadilan negeri.

“Karena ini sengketa pers, maka hanya Dewan Pers yang berwenang menyelesaikannya. Putusan ini sudah sangat tepat dan berada dalam koridor hukum,” ujar Idris.

Ia juga menilai majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan layak disebut sebagai “penyelamat demokrasi dan kebebasan pers” karena tetap patuh dan tunduk pada Undang-Undang Pers dalam memutus perkara ini.

“Majelis hakim menunjukkan integritas yang tinggi. Dengan tetap merujuk pada Undang-Undang Pers, mereka ikut menjaga demokrasi dan kebebasan pers di Indonesia,” tegasnya.

Direktur LBH Pers, Fajriani, menambahkan, majelis hakim dalam putusan sela telah mempertimbangkan kewenangan pengadilan dalam memeriksa perkara jurnalis.

Ia menilai langkah ketua majelis merupakan terobosan positif.

“Di beberapa perkara perdata melawan hak (PMH) terhadap jurnalis, seluruh proses sidang biasanya berlanjut hingga putusan akhir,"Ujar Fajriani

Sehingga, menurutnya ini adalah kemenangan dan perjuangan pers dan penyelesaian kasus Tempo hari ini bisa menjadi rujukan bagi hakim di Indonesia dalam memutus perkara sengketa pers. 

"Saya harap hakim lainnya pun menjadikan perkara ini sebagai yurisprudensi jika memeriksa gugatan terhadap jurnalis. UU 40 Tahun 1999 tentang Pers sekali lagi menjadi rujukan dalam putusan sela PN Jaksel,” Sambungnya.

Fajriani juga menyinggung "amicus curiae"  dari mantan Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, yang menegaskan bahwa kewenangan penanganan sengketa karya jurnalistik sepenuhnya diserahkan ke Dewan Pers

“Dalam hal ini, majelis yang memeriksa perkara telah mempertimbangkan UU 40 Tahun 1999 tentang Pers,” tambahnya.

Putusan ini menegaskan kembali bahwa setiap keberatan terhadap produk jurnalistik harus diselesaikan melalui mekanisme Dewan Pers sesuai ketentuan undang-undang pers No. 40 tahun 1999, bukan melalui pengadilan umum.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved