Transformasi Hijau Tamalabba, Ketika Sampah dan Surya Menjadi Solusi
Kolaborasi ini menumbuhkan kemandirian, memperkuat solidaritas, dan menciptakan ekosistem hijau yang hidup di tengah permukiman.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Di ruang kecil berukuran tiga kali lima meter di tengah permukiman padat Kelurahan Tamalabba, tangan Al Alif Fatahillah sibuk mengaduk campuran dedak, air, dan ribuan baby maggot, beberapa hari lalu.
Di tempat sederhana itu, sampah rumah tangga warga diubah menjadi kehidupan baru.
Tahun 2023, hanya lima puluh rumah tangga yang mau ikut mengumpulkan sampah organik. Banyak yang belum percaya bahwa sisa dapur bisa punya nilai. Namun perlahan, lewat edukasi dari pintu ke pintu, kesadaran tumbuh. Kini, lebih dari dua ratus rumah rutin menyetor limbah organik ke Bio Urban.
Program Bio Urban merupakan binaan Pertamina Patra Niaga yang berfokus pada budi daya maggot, larva dari lalat black soldier fly yang dikenal sebagai pengurai alami sampah organik yang terbentuk sejak 2023 mendapatkan dukungan dana CSR dari Pertamina untuk membiayai sarana, prasarana, hingga operasional.
Setiap bulan, sekitar tiga ratus kilogram sampah dapur berhasil diolah menjadi pakan ternak dan pupuk alami.
Gerobak sederhana bernama To’sar Link bantuan CSR Pertamina Patra Niaga menjadi simbol perubahan itu. Gerobak tersebut berkeliling di antara rumah-rumah warga dalam Kompleks TNI AL Dewa Kembar, Kelurahan Tamalabba, Makassar.
Setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, gerobak tersebut berkeliling menjemput sisa makanan warga. Dari dapur ke maggot farm, dari sampah jadi manfaat.
Di balik tumpukan bahan fermentasi, ribuan maggot menggeliat menjadi pengurai alami yang mengubah limbah dapur menjadi sumber ekonomi baru.
Larva lalat black soldier fly itu menjadi pakan ikan, pupuk tanaman, bahkan umpan bagi warga yang gemar memancing. Dari proses kecil, lahir dampak besar bagi lingkungan dan masyarakat.
Energi yang menggerakkan semua itu pun datang dari sumber bersih. Di atas atap seng berdiri panel surya sederhana. Tenaga matahari sebesar 1.200 watt-peak menghidupkan aerator kolam ikan dan mesin pengolah plastik.
Tamalabba kini mandiri energi, menyalakan perubahan lewat sinar yang sama yang menyinari seluruh kota.
Siklus kehidupan di sini berpadu harmonis. Sisa dapur menjadi makanan maggot, maggot menjadi pakan lele, dan kotoran lele menjadi pupuk tanaman. Daur hidup itu berputar tanpa henti, menciptakan keseimbangan baru di tengah padatnya kota Makassar.
Tak jauh dari lokasi maggot farm, Kelompok Wanita Tani (KWT) Bahari Sigalu yang merupakan komunitas ibu-ibu penghuni Kompleks TNI AL Dewa Kembar.
Masih satu lokasi dengan Bio Urban. Bedanya, KWT Bahari Sigalu fokus pada pertanian terpadu atau urban farming.menghidupkan kembali lahan yang dulu penuh sampah. Di kebun kecil mereka tumbuh selada, terong, cabai, hingga pisang cavendish.
Pupuknya berasal dari hasil olahan maggot. Pompa air untuk hidroponik mereka kini juga digerakkan oleh energi surya, menjadikan pertanian kecil ini mandiri dan ramah lingkungan.

 
			









 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
												      	 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											 
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.