Siapa Dalang Kerusuhan 298
Moch Hasymi Sebut Pola Demonstrasi Kini Berbeda Dibandingkan Era Dulu
Menurut Hasymy pola aksi demonstrasi kini berbeda dibandingkan era sebelumnya, termasuk tahun 1998
Penulis: Rudi Salam | Editor: Ari Maryadi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Aktivis dan Seniman Makassar, Moch Hasymi Ibrahim menilai Indonesia saat ini telah memasuki fase baru yang disebut sebagai rezim digital.
Menurutnya, pola aksi demonstrasi kini berbeda dibandingkan era sebelumnya, termasuk tahun 1998.
Sebab, dipengaruhi oleh arus informasi dan instruksi masif melalui internet.
“Jadi pendekatan kita tidak lagi relevan masa lalu, tidak bisa lagi dipakai pendekatan 1998 dipakai melihat dan memotret hari ini,” katanya dalam Dialog Forum Dosen di Kantor Tribun Timur, Jalan Cendrawasih No 430, Makassar, Rabu (3/9/2025).
Dialog dengan tema Pemulihan Bangsa itu juga disiarkan secara langsung melalui YouTube Tribun Timur.
Dialog dipandu koordinator Forum Dosen Tribun Timur, Adi Suryadi Culla dan menghadirkan berbagai narasumber.
Seperti Prof Arismunandar, Prof Muin Fahmal, Prof Hamid Paddu, Prof Amran Razak, Prof Qashim Mathar, Prof A Pangerang Moenta, Prof Tahir Kasnawi, Prof Mustari Mustafa, Dr Hasrullah, dan Imran Hanafi.
Moch Hasymi mencontohkan, mahasiswa saat ini jauh lebih kritis dalam berdiskusi.
Dalam enam bulan terakhir, ia banyak berbicara dengan mahasiswa.
Hasilnya mereka tiba-tiba menghidupkan pemikiran Tan Malaka.
Lebih dari itu, menurutnya mahasiswa juga banyak berdiskusi pemikiran Karl Marx.
“Muaranya ada gerakan anarko, yang penting anarki, dan itu networkingnya internasional,” jelas alumni Unhas tersebut.
Selain itu, Moch Hasymi juga menyoroti arah penyelenggaraan negara yang dinilai menuju fasisme.
Salah satu contohnya kebijakan Presiden Prabowo dalam pembentukan batalion tani yang ditempatkan hingga tingkat kecamatan.
Kehadiran tentara, kata Moch Hasymi, semakin masuk sampai desa.
Ia juga menyoroti kebijakan yang semakin sentralistis, seperti penarikan program MMBG ke pusat.
Padahal, kata dia, jika dana besar itu dikelola layaknya dana BOS, untuk menggerakkan dapur sekolah akan menimbulkan multiplier effect ekonomi yang lebih terasa.
“Daripada ditarik kepada tentara purnawirawan yang kerjakan, itu menimbulkan keresahan,” jelasnya.
| 9 Profesor 3 Aktivis Lintas Kampus Bahas Pemulihan Bangsa di Tribun Timur |
|
|---|
| Prof Qasim Minta Mahasiswa Kembali ke Kampus, Ajak Manfaatkan Teknologi |
|
|---|
| Prof Mustari Mustafa Sebut Demo Anarkis karena Modal Sosial Pemerintah Tidak Cukup |
|
|---|
| Mulawarman: Ketika Rakyat Menggugat, Intelektual Menghilang |
|
|---|
| Prof Muin Fahmal : Negara Kita Salah Urus |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.