Kapolrestabes Makassar: Kami Ada di Pos Lantas yang Dibakar, Dilempari Bom Molotov
Pasalnya, sebelum peristiwa itu terjadi, memang tidak terlihat adanya polisi berseragam dinas mengawal jalannya demo.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Keberadaan polisi saat kerusuhan berakibat terbakarnya dua Gedung DPRD di Kota Makassar, pada Jumat-Sabtu (29-30), ramai dipertanyakan.
Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Arya Perdana menanggapi keberadaan polisi saat kejadian.
Pasalnya, sebelum peristiwa itu terjadi, memang tidak terlihat adanya polisi berseragam dinas mengawal jalannya demo.
Baik demo di depan Kampus Universitas Negeri Makassar (UNM) Jl AP Pettarani, maupun depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Jl Urip Sumoharjo.
Dua gedung terbakar akibat pergerakan kelompok massa yang tak diketahui, masing-masing DPRD Kota Makassar dan DPRD Provinsi Sulsel.
Bahkan, kebakaran kantor DPRD Kota Makassar, mengakibatkan tiga nyawa melayang.
Ketiganya, staf Humas DPRD Kota Makassar Muh Akbar Basri (26), Staf Fraksi PDIP DPRD Kota Makassar Sarinawati (25) dan Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah, Saiful Akbar (46).
Ketiganya meninggal dunia dalam tragedi pembakaran gedung wakil rakyat tingkat dua itu.
Alumnus Akpol 1998 ini mengklaim, ia dan anggotanya ada.
"Polisi ada, kami ada di tempat di pos lantas yang dibakar, yang dilempari bom molotov, Kami ada di situ," kata Arya ditemui di sela pemantauan demo di kawasan Fly Over, Makassar, Senin (1/9/2025) sore.
Arya mengaku, sebelum peristiwa pembakaran di gedung DPRD Kota Makassar terjadi, anggotanya berada di lokasi.
Hanya saja, jumlah massa yang tak terkendali kata dia, hingga tidak memungkinkan anggotanya menghalau.
"Dan sebelumnya di DPRD pun sebenarnya ada anggota PAM (pengamanan). Hanya karena memang masa yang cukup banyak dan peralatan kami tidak memadai, Sehingga kami memutuskan untuk memantau dari jauh pergerakannya," ucapnya.
Orang nomor satu di Polrestabes Makassar ini juga mengaku, sebelum bergerak, ia telah berkoordinasi dengan TNI.
"Tapi memang pada saat itu, situasi masa yang begitu padat, tidak memungkinkan TNI juga damkar untuk datang secara cepat," terang Arya
"Perbantuan dari polisi pun kita terpecah di beberapa titik sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penghalauan dari masa yang sudah anarkis," lanjutnya.
Polrestabes Makassar biasanya membatasi waktu menyampaikan aspirasi pendemo pada pukul 18.00 Wita.
"Ya masa, kadang-kadang kan kami memberikan kesempatan ya menghimbau kepada pengunjuk rasa, walaupun sudah jam 6 dan misalnya mereka lewat, kami tetap menghimbau ya," sebut Arya.
Arya pun menegaskan, kepolisian tetap hadir saat aksi pembakaran terjadi.
Ia menampik isu, polisi tidak hadir di lokasi saat aksi anarkis massa tak dikenal itu terjadi.
"Nah kita tidak sengaja menghilang, kita ada di situ, kita memantau situasi, tapi karena memang kekuatannya tidak seimbang ya, kami berpikir untuk memantau situasi dengan meminta bantuan dari TNI," tuturnya.
Adapun estimasi massa kata Arya saat kerusuhan terjadi, diperkirakan mencapai 3000 orang.
"Dan kondisinya sudah anarkis. Sehingga, Kami memantau saja," tuturnya.(*)
Tim Sosiologi UNM - PM Wija To Cerekang Laksanakan Program ISF Pulitzer Center |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Subianto Bicara Tujuan Gedung DPRD Makassar dan Sulsel Dibakar: Niatnya Bikin Rusuh |
![]() |
---|
Update Harga Emas Kota Makassar Hari Ini Senin 1 September 2025 |
![]() |
---|
Digitalisasi Parkir Makassar Resmi Diluncurkan, 27 Jukir di 16 Titik Jadi Percontohan |
![]() |
---|
Antisipasi Kericuhan, Kecamatan Panakkukang Aktifkan Posko Keamanan di 11 Kelurahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.