Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

DPRD Makassar Dibakar

Demonstrasi Berujung Pembakaran 2 Kantor Parlemen, Sosiolog Unhas: Akumulasi Kekecewaan Masyarakat  

Namun, situasi berubah mencekam. Pos Polisi, Kantor DPRD Kota Makassar dan Kantor DPRD Provinsi Sulsel dibakar.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Saldy Irawan
Rahmat Muhammad
DPRD DIBAKAR - Kepala Program Studi (Prodi) Doktoral Sosiologi Universitas Hasanuddin Rahmat Muhammad. Rahmat Muhammad menilai demonstrasi berujung pembakaran di Kota Makassar akibat akumulasi kebijakan tak berpihak ke masyarakat. 

Masyarakat merasakan beban hidup harus ditanggung, ditekan hingga diancam.

Lalu kepolisian turut dibenturkan dengan kelompok massa, baik itu mahasiswa dan masyarakat umum.

Demonstran membawa aspirasi masyarakat, sedangkan kepolisian bertugas melindungi aset dan objek vital.

Benturan kadang tak terhindarkan ketika sudah emosi. Makanya, perlu pencegahan.

Caranya pemerintah jangan terlalu mudah mengeluarkan pernyataan atau mengambil kebijakan yang tidak berpihak ke masyarakat.

“Dengan mudah mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontra produktif, tidak peduli, seolah-olah dianggap itu canda, padahal masyarakat sekarang lagi susah, terlalu banyak beban hidup,” katanya.

Rahmat Muhammad menyampaikan, demonstrasi gambarkan krisis kepercayaan publik terhadap pemerintah dan DPR.

Jika kondisi ini terus berlanjut, maka legitimasi pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat akan semakin melemah di mata publik.

Olehnya itu, ia menekankan agar kebijakan dibuat pemerintah memperhatikan masyarakat banyak.

“Diperlukan perubahan mendasar dalam pola kepemimpinan serta keberanian merumuskan kebijakan yang benar-benar berpihak pada masyarakat luas,” papar dosen berusia 55 tahun itu.

Jaga Kedamaian

Rahmat Muhammad mendorong pertemuan tokoh-tokoh di Sulsel untuk menjaga kondusivitas keamanan dan ketertiban.

Mereka harus duduk bersama dengan pemerintah untuk mencari solusi terkait masalah yang terjadi.

“Semua tokoh-tokoh entah tokoh nasional atau tokoh lokal ya ambil inisiatif untuk duduk bersama. Kita di Orang Bugis Makassar itu tudang sipulung,” ucapnya.

Dari pertemuan itu, mencoba memetakan apa yang sebenarnya terjadi. Supaya isunya tidak menjadi liar dan tumpang tindih.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved