Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

9 Bulan 3 Kasus Remaja Akhiri Hidup di Luwu, Kriminolog UNM Ingatkan Peran Keluarga dan Sosial Media

Tiga kasus remaja mengakhiri hidup terjadi di Bastem Utara. Kriminolog UNM soroti efek imitasi media sosial dan rapuhnya ketahanan jiwa.

Dok. pribadi Arif
MENGAKHIRI HIDUP – Seorang pemuda berinisial H (22) ditemukan meninggal di Dusun Bonglo, Desa Bonglo, Kecamatan Bastem Utara, Kabupaten Luwu, Kamis (25/9/2025). Setelah ditemukan, Kepala Puskesmas Bastem Utara, Arif, bersama dokter melakukan pemeriksaan. Tidak ditemukan tanda kekerasan. Hanya bekas jeratan tali di leher. 

TRIBUN-TIMUR.COM, LUWU – Kasus dugaan remaja mengakhiri hidup kembali terjadi di Kecamatan Bastem Utara, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Kecamatan Bastem Utara, Kabupaten Luwu berjarak 390 Kilometer (Km) dari Makassar Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan. 

Bastem Utara adalah satu dari 22 kecamatan di Kabupaten julukan Bumi Sawerigading ini. 

Sepanjang 2025, sudah tercatat tiga kasus serupa di wilayah ini.

Kriminolog Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof Heri Tahir, menilai fenomena ini perlu dilihat secara lebih luas, bukan semata-mata soal cara seseorang mengakhiri hidupnya.

“Gantung diri dan motif bunuh diri adalah dua hal berbeda. Gantung diri hanya salah satu modus untuk mengakhiri hidup,” ujarnya kepada Tribun-Timur.com, Jumat (26/9/2025).

Menurut Prof Heri, di berbagai negara, cara mengakhiri hidup memang beragam, seperti harakiri di Jepang, melompat dari gedung tinggi, atau meminum racun.

Ia menyoroti kecenderungan penggunaan metode tertentu akibat pengaruh lingkungan dan media sosial.

“Fenomena mengakhiri hidup dengan cara gantung diri boleh jadi karena faktor media sosial. Ini didasarkan pada teori imitasi, bahwa modus operandi lahir karena proses peniruan,” jelasnya.

Ia menambahkan, motif mengakhiri hidup biasanya tidak disebabkan satu faktor tunggal.

Lingkungan keluarga yang tidak kondusif, masalah pergaulan, tekanan psikologis, hingga pengalaman bullying dapat menjadi pemicu.

Baca juga: Video Anak Dipukuli Teman Sebaya di Luwu Viral, Sosiolog: Media Sosial Jadi Ruang Belajar Kekerasan

Guru Besar Ilmu Hukum UNM itu menyebut, peristiwa mengakhiri hidup harus mendapat perhatian serius.

Seperti kejahatan lain, kasus ini memiliki banyak faktor pencetus.

“Misalnya rapuhnya ketahanan jiwa remaja bisa terjadi karena tidak terbangunnya komunikasi yang baik dalam keluarga,” katanya.

“Jika diperparah dengan lingkungan pertemanan yang buruk, itu bisa memperkuat rasa frustrasi dan membuat mereka memilih jalan pintas, seperti mengakhiri hidup,” tambahnya.

Pemuda di Luwu Ditemukan Mengakhiri Hidup

Kasus terbaru terjadi di Dusun Bonglo, Desa Bonglo, Kecamatan Bastem Utara, Kamis (25/9/2025) sore.

Seorang pemuda berinisial H (22) ditemukan meninggal di belakang rumahnya.

Kasi Humas Polres Luwu, Iptu Yakobus Rimbung, menyampaikan penemuan pertama kali dilakukan ayah korban, Rampun (55), sepulang dari kebun sekitar pukul 16.00 WITA.

“Saat hendak menutup jendela dapur, Rampun melihat anaknya sudah tidak bernyawa di dekat pohon belakang rumah,” kata Yakobus kepada Tribun-Timur.com, Jumat (26/9/2025).

Menurut Yakobus, selama ini korban tidak pernah terlihat memiliki masalah dengan keluarga maupun saudaranya.

Polisi tiba di lokasi sekitar pukul 17.00 WITA, melakukan pemeriksaan awal, dan menghubungi tenaga medis.

Namun, pihak keluarga menolak visum dan menyatakan menerima kejadian tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, aparat masih melakukan pendalaman.

Korban Alami Gangguan Penglihatan

Kepala Puskesmas Bastem Utara, Arif, mengatakan peristiwa mengakhiri hidup sudah terjadi tiga kali sepanjang 2025.

“Rata-rata korban masih usia remaja,” ujarnya.

Menurut Arif, H lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena mengalami gangguan penglihatan sejak lahir.

Ia tinggal bersama ayah dan kakaknya, sementara ibunya telah meninggal sekitar satu tahun lalu.

“Saya dan dr Indra sempat memeriksa jenazah korban. Tidak ditemukan tanda kekerasan atau trauma. Hanya ada bekas jeratan tali di leher,” jelas Arif.

DISCLAIMER
Berita ini disajikan untuk tujuan jurnalistik dan edukasi. Redaksi Tribun-Timur.com tidak bermaksud mendorong atau menginspirasi tindakan mengakhiri hidup. Jika Anda atau orang terdekat mengalami tekanan psikologis atau gangguan mental, segera hubungi tenaga profesional seperti psikolog, psikiater, atau layanan bantuan krisis. Anda tidak sendiri. (*)

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Sauki Maulana

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved