Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Gowa

Kisah Nenek Tini, Senyum Pasrah di Hunian 2x2 Meter Tanpa Lampu

Nenek Kartini (57) memilih hidup sendiri di Jalan Poros Malino, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

TRIBUN TIMUR/SAYYID ZULFADLI
NENEK HUTAN-Nenek lanjut usia, Tini (67) tinggal di pinggir hutan Jalan Poros Malino, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman dan UPZ Pemprov Sulsel berikan bantuan, Jumat (10/10/2025) (TribunGowa.com/Sayyid Zulfadli) 

TRIBUN-TIMUR.COM, PARANGLOE - Sebuah gubuk kecil di pinggir Jalan Poros Malino, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menjadi saksi bisu perjuangan hidup seorang perempuan lanjut usia.

Di sana, Tini (67), memilih tinggal dalam kesendirian, jauh dari kata layak, namun tak pernah kehilangan senyumnya.

Suaminya meninggal lima tahun lalu. 

Dia tak punya anak. 

Gubuk berukuran sekira dua kali dua meter itu berdiri menantang di tepi hutan.

Dinding dan atapnya hanya terbuat dari seng, melindungi Nenek Tini dari cuaca seadanya.

Di dalamnya, hanya ada kasur tipis, menjadi alas tidur perempuan renta yang telah menetap di lokasi tersebut kurang lebih setahun.

Nenek Tini mengaku sudah tinggal di hunian sangat sederhana itu sejak bulan puasa lalu.

Baca juga: Bupati Gowa Husniah Talenrang Kejutkan Kartika Nenek 67 Tahun

Ia memilih hidup mandiri, mengurus segala keperluannya sendiri.

“Bulan puasa saya di sini sendiri, makan minum buat sendiri. Kadang tetangga bantu," kata Nenek Tini, menyambut kedatangan pewarta dengan senyum ramah, Jumat (10/10/2025).

Meski keterbatasan mendera, semangatnya tak pernah padam.

Hunian yang ditempatinya saat ini merupakan bantuan dari pemerintah setempat setelah gubuknya yang lama rubuh.

Namun, di dalam gubuk itu, tak ada aliran listrik.

"Kalau salat, saya biasa meraba-raba dulu karena tidak ada lampu,” tuturnya pasrah, sambil tersenyum menunjukkan ketegarannya.

Di malam hari, ia hanya mengandalkan cahaya redup yang masuk dari luar.

Untuk kebutuhan air sehari-hari, Nenek Tini harus mengambil dari rumah tetangga.

Ia juga mandi seadanya di sekitar rumahnya. 

Ia punya alasan kuat memilih tinggal sendiri, menolak tawaran pindah dari sejumlah pihak.

“Saya tidak mau merepotkan. Saya mau sendiri,” tegasnya.

Salah seorang tetangganya, Sumiati, membenarkan bahwa Nenek Tini telah beberapa kali pindah tempat tinggal sebelum menetap di Parangloe. 

Ia menyebut Nenek Tini sudah tinggal di rumah kecil itu kurang lebih setahun.

Sumiati menjadi salah satu orang yang sering membantu Nenek Tini, khususnya urusan makan.

“Biasanya saya antar makan siang dan malam. Alhamdulillah beliau jarang sakit. Kalau sakit perut, biasa datang ke rumah,” ujarnya.

Kondisi memprihatinkan Nenek Tini ini tentu tak luput dari perhatian banyak pihak.

Bantuan dan Simpati Kapolres Gowa
Pada Jumat sore, sekira pukul 17.37 Wita, rombongan Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman, bersama UPZ Sulsel, Andi Aryani, melintasi ruas Jalan Poros Malino dan langsung menghampiri Nenek Tini.

“Kami bakti sosial di beberapa lokasi, dan di titik terakhir ini tepatnya di pinggir jalan Poros Malino, Kecamatan Parangloe, kami temukan seorang perempuan lansia tinggal di hunian ukuran 2x2 meter,” ujar AKBP Aldy.

Ia juga menyebut hunian sederhana ini dibangun oleh lurah setempat.

Kapolres Gowa kemudian memberikan bantuan berupa sembako (beras, minyak, gula) dan sejumlah uang tunai.

“Kami berharap bantuan ini bisa sedikit meringankan beban Nenek Kartini,” lanjutnya.

Kisah Nenek Tini bukan sekadar cerita tentang kemiskinan, namun juga tentang kemandirian, ketegaran, dan senyum yang tak lekang oleh kesulitan.

Di tengah keterbatasan, ia mengajarkan arti dari rasa cukup dan tidak ingin membebani orang lain.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved