Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

2 Wija To Luwu Kini Bergelar Guru Besar UIN Alauddin, Ini Sosok dan Kiprahnya

Mereka adalah Prof Dr Nurhidayat Muhammad Said M Ag dalam bidang Ilmu Dakwah, dan Prof Dr Hj Syamzan Syukur, M Ag dalam bidang Historiografi Islam.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Alfian
Istimewa/WAGS KKLR
GURU BESAR - Foto akademisi asal Luwu Raya Prof Dr Nurhidayat Muhammad Said M Ag (kiri) dan Prof Dr Hj Syamzan Syukur M Ag (kanan) yang diterima Tribun-Timur.com dari whatsapp grup KKLR Sulsel, Senin (13/10/2025). Dua akademisi asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin yakni Prof Dr Nurhidayat Muhammad Said M Ag  dalam bidang Ilmu Dakwah, dan Prof Dr Hj Syamzan Syukur M ag dalam bidang Historiografi Islam.  

Ia menjadi salah satu akademisi perempuan Luwu yang berhasil menembus jabatan tertinggi di dunia perguruan tinggi.

Perjalanan akademiknya bermula di madrasah di Bajo, sebelum meraih gelar sarjana di Fakultas Adab IAIN Alauddin (1995).

Ia kemudian melanjutkan ke Program Pascasarjana IAIN Alauddin (1999) dan meraih gelar doktor di bidang Sejarah dan Peradaban Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008).

Prof Syamzan dikenal melalui riset-risetnya mengenai sejarah Islam dan kebudayaan Nusantara.

Beberapa karyanya antara lain Mengurai Jejak Islamisasi Awal di Kedatuan Luwu (2014), Dinasti Fatimiyah: Kontribusinya terhadap Peradaban di Mesir (2011).

Serta Suksesi Kepemimpinan dan Transformasi Politik Islam pada Masa Khulafaurrasyidin (2020).

Karya terbarunya, Manusia, Ilmu, dan Budaya: Konseptualisasi dan Aktualitas dalam Sejarah Peradaban (2024), menegaskan pentingnya membaca sejarah Islam secara kontekstual.

Ia juga menempatkan Tanah Luwu sebagai salah satu episentrum awal penyebaran Islam di Nusantara.

Wija To Luwu

Bagi masyarakat Luwu Raya dan Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR), pengukuhan dua akademisi ini menjadi momen bersejarah.

Mereka bukan hanya mengharumkan nama pribadi dan keluarga, tetapi juga memperkuat citra Luwu sebagai tanah yang kaya tradisi intelektual dan spiritual.

"Ini bukan hanya kebanggaan personal, tetapi juga kebanggaan kolektif bagi seluruh masyarakat Luwu Raya. Dua guru besar ini menjadi simbol bahwa Luwu bukan hanya kaya sejarah, tetapi juga terus melahirkan cendekia-cendekia yang mencerahkan,” beber Sekretaris BPW KKLR Sulsel, Asri Tadda kepada Tribun-Timur.com, Senin (13/10/2025)

Kedua guru besar ini dianggap mencerminkan nilai-nilai luhur getteng (teguh pendirian), lempu (jujur), dan ada tongeng (berkata benar) yang menjadi ciri khas Wija To Luwu.

"Kami berharap ilmu dan pemikiran mereka dapat menjadi rujukan dalam pembangunan Kabupaten Luwu, khususnya dalam bidang pendidikan, dakwah, dan kebudayaan,” ujar Asri.

Prof Syamzan meneramgkan, .enjadi Wija To Luwu berarti menjaga warisan nilai, bukan sekadar asal-usul.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved