Opini
Pendekatan Deep Learning PAUD
Pendekatan Deep Learning dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan
Ringkasan Berita:Pendekatan Deep Learning (DL) di PAUD fokus pada proses berpikir mendalam dan bermakna, bukan sekadar menghafal, untuk membangun fondasi belajar seumur hidup.DL adalah bermain-belajar yang kaya, mendorong anak eksplorasi, menanya, dan menyimpulkan. Tujuannya: anak paham mengapa dan bagaimana, bukan hanya apa.Guru berperan sebagai fasilitator dalam skenario kontekstual dan berbasis proyek (PjBL) atau eksplorasi. Ini selaras dengan Kurikulum Merdeka.
Dr Muhammad Akil Musi SPd MPd
Ketua Jurusan PGPAUD FIP Universitas Negeri Makassar
TULISAN ini merupakan hasil pemikiran yang disusun sebagai bagian dari kegiatan Webinar Nasional yang diselenggarakan pada tanggal 7 November 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui siaran langsung di YouTube serta platform Zoom, sehingga memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari berbagai daerah.
Pendekatan Deep Learning dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir mendalam dan bermakna, bukan sekadar menghafal atau meniru.
Pada jenjang PAUD, pendekatan ini bertujuan membantu anak memahami makna dari pengalaman belajar, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, serta membangun fondasi belajar sepanjang hayat.
Deep Learning bukan berarti pembelajaran yang berat bagi anak, melainkan memberikan pengalaman bermain-belajar yang kaya, berpusat pada anak, dan mendorong anak untuk mengeksplorasi, menanya, mencoba, dan menyimpulkan sesuai kemampuan perkembangannya.
Pada dasarnya, pendekatan Deep Learning membantu anak untuk tidak hanya mengetahui apa, tetapi juga memahami mengapa dan bagaimana.
Anak diajak untuk menghubungkan pengalaman baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki (prior knowledge).
Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan skenario pembelajaran kontekstual, memancing rasa ingin tahu anak, serta menyediakan waktu bagi anak untuk berpikir, berdiskusi, dan menemukan makna melalui proses eksplorasi.
Dengan cara ini, pembelajaran di PAUD tidak lagi sekadar berfokus pada hasil, tetapi pada proses berpikir yang terjadi di setiap aktivitas bermain.
Pendekatan ini sangat sesuai dengan karakteristik belajar anak usia dini yang bersifat holistik.
Melalui Deep Learning, kegiatan bermain dapat mendorong perkembangan bahasa, sosial-emosional, motorik, kognitif, moral, dan kreativitas secara terpadu.
Misalnya, ketika anak melakukan proyek sederhana seperti menanam bibit tanaman, mereka bukan hanya mengikuti instruksi guru, tetapi juga diajak untuk memahami proses pertumbuhan tanaman, mengamati perubahan setiap hari, mendiskusikan temuannya, dan menghubungkan kegiatan tersebut dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, anak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan terintegrasi.
Salah satu prinsip penting dalam penerapan Deep Learning di PAUD adalah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan pembelajaran berbasis eksplorasi.
Melalui proyek, anak-anak terlibat dalam kegiatan yang berlangsung selama beberapa hari atau minggu, memungkinkan mereka mendalami sebuah tema.
Misalnya proyek “Mengenal Profesi”, di mana anak tidak hanya mengenal nama-nama profesi, tetapi juga mengamati pekerjaan melalui cerita, video, kunjungan kelas, bermain peran, dan membuat karya terkait profesi tersebut.
Guru kemudian meminta anak menceritakan kembali apa yang mereka pelajari untuk memproses pemahaman mereka secara mendalam.
Pendekatan Deep Learning juga sangat terkait dengan pembelajaran reflektif, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan apa yang sudah mereka pelajari, rasakan, atau temukan selama bermain.
Refleksi pada anak usia dini biasanya dilakukan melalui cerita sederhana, diskusi kelompok kecil, menggambar, atau menunjukkan hasil karya.
Proses ini membantu memperkuat pemahaman anak dan membangun kemampuan komunikasi serta kesadaran diri (self-awareness).
Guru berperan penting dalam keberhasilan penerapan Deep Learning.
Guru harus peka terhadap minat anak, mengamati perilaku anak selama bermain, dan menyesuaikan aktivitas dengan kebutuhan perkembangan masing-masing anak.
Guru juga perlu menyiapkan lingkungan belajar yang kaya rangsangan, menyediakan bahan manipulatif, alat peraga, permainan terbuka (open-ended toys), dan sudut-sudut bermain yang memicu eksplorasi mendalam.
Lingkungan belajar yang dirancang dengan baik dapat meningkatkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keterlibatan anak secara natural.
Selain itu, guru harus memberikan scaffolding, yaitu dukungan yang tepat saat anak membutuhkan bantuan untuk memahami konsep tertentu, namun tetap memberi ruang bagi anak untuk mandiri ketika mereka sudah mampu.
Scaffolding dalam Deep Learning bisa berupa pertanyaan pemandu, modeling, contoh sederhana, atau dorongan agar anak mencoba kembali.
Dengan cara ini, anak belajar tidak hanya bergantung pada instruksi, tetapi membangun pemahaman secara mandiri.
Dari sisi kurikulum, pendekatan Deep Learning sangat sejalan dengan Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar yang menekankan pada pembelajaran bermakna, projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5), diferensiasi, serta pembelajaran berbasis kompetensi.
Dalam PAUD, implementasi Deep Learning mendukung aspek perkembangan anak sebagai bagian dari well-being dan learning outcomes.
Pendekatan ini membantu anak membangun enam aspek kesiapan bersekolah (School Readiness), yaitu kemampuan sosial-emosional, bahasa, literasi dasar, numerasi awal, motorik, dan kemandirian.
Pendekatan Deep Learning juga mendorong terjadinya kolaborasi antara guru dan orang tua.
Orang tua perlu mengetahui tema yang sedang dipelajari anak agar dapat mendukung kegiatan belajar di rumah.
Misalnya ketika sekolah mengangkat tema lingkungan, orang tua dapat mengajak anak memilah sampah, merawat tanaman di rumah, atau membaca buku bergambar terkait lingkungan.
Sinergi ini membantu memperkuat pemahaman anak dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Secara keseluruhan, pendekatan Deep Learning di PAUD memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak.
Anak menjadi lebih aktif, kreatif, komunikatif, percaya diri, dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah sederhana sesuai tahap usia.
Mereka mampu membangun pemahaman dari pengalaman nyata, bukan sekadar menghafal informasi. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, menantang, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, Deep Learning menjadi pendekatan penting yang mendukung pembelajaran yang berpusat pada anak dan berorientasi pada pengalaman.
Implementasi pendekatan ini membutuhkan kesiapan guru, sarana yang mendukung, dan keterlibatan orang tua.
Namun, ketika diterapkan dengan konsisten, Deep Learning mampu menciptakan fondasi kuat bagi anak untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat yang mandiri, reflektif, dan memiliki kemampuan berpikir yang berkembang sesuai tahap perkembangannya.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/20251121-Dr-Muhammad-Akil-Musi-SPd-MPd.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.