Sekali ke Djokja, Tetap ke Djokja: Suara Persatuan dari Timur
Ajoeba Wartabone dari Gorontalo jadi simbol persatuan Indonesia Timur. Kisahnya dibedah di Ubud Writers & Readers Festival 2025.
Ringkasan Berita:
- Biografi Ajoeba Wartabone dibahas di Ubud Writers & Readers Festival 2025. Tokoh asal Gorontalo ini menolak sistem federal Belanda dan mendukung Republik Indonesia.
- Pernyataan ikoniknya “Sekali ke Djokja, Tetap ke Djokja” jadi simbol persatuan.
- Buku ini mengangkat kontribusi Indonesia Timur yang kerap luput dari narasi nasional.
TRIBUN-TIMUR.COM - Saat Republik Indonesia baru memproklamasikan kemerdekaan pada 1945, masa depan bangsa berada dalam situasi genting.
Serangan militer Belanda, manuver diplomasi, dan strategi federalisme kolonial mengancam keutuhan negara.
Di tengah tekanan itu, muncul suara dari daerah ikut menopang keberlangsungan Republik.
Salah satunya dari Gorontalo: Ajoeba Wartabone (1894–1957), pemimpin progresif menegaskan sikap anti pecah-belah di Indonesia Timur.
Kisah intelektual dan perjuangan politik Ajoeba menjadi sorotan dalam diskusi buku “Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Perjuangan Menuju Indonesia Bersatu” di Ubud Writers & Readers Festival 2025.
Kegiatan ini mengajak publik menengok kembali kontribusi daerah dalam pembentukan Indonesia modern, narasi jarang mendapat panggung nasional.
Biografi setebal 450 halaman terbitan Diomedia berjudul Ajoeba Wartabone (1894–1957).
Sekali ke Djokja Tetap ke Djokja.
Biografi Gagasan dan Kepemimpinan dari Gorontalo untuk Indonesia Bersatu menyajikan riset arsip dalam dan luar negeri.
Buku ini menelusuri jejak nasionalisme, pembangunan pendidikan, infrastruktur, kesehatan, dan diplomasi lokal di masa awal Republik.
Indonesia Timur ditempatkan dalam konteks sejarah yang kerap luput dari narasi pusat.
Ajoeba menjadi peserta Konferensi Denpasar pada Desember 1946, forum yang digelar Belanda untuk menyusun sistem federal.
Kehadirannya menunjukkan sikap kritis terhadap upaya pecah-belah dan pentingnya menjaga kesatuan dari dalam struktur negara bagian.
Dalam Sidang Parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) tahun 1947 di Makassar, Ajoeba menyampaikan pernyataan ikonik: “Sekali ke Djokja, Tetap ke Djokja.”
Ucapan ini menjadi simbol dukungan terhadap pemerintah Republik di Yogyakarta dan penolakan terhadap sistem federal bentukan kolonial.
Suara Revolusi dari Indonesia Timur
Ubud Writers & Readers Festival 2025
Sekali ke Djokja Tetap ke Djokja
biografi
citizen reporter
| Desa Maero Jeneponto Dorong Perdes Cegah Perkawinan Anak |
|
|---|
| Study Tour Yogyakarta 2025 Santri Darul Aman Berjalan Lancar dan Berkesan |
|
|---|
| Unhas Gelar Biosimposium Internasional Core-to-Core ke-2 di Bali |
|
|---|
| ALOHA Indonesia Siapkan Beasiswa Pendidikan Rp160 Juta untuk Murid Baru |
|
|---|
| Tim FIKP-LPPM Unhas Latih Warga Takalar Olah Rumput Laut Jadi Nugget dan Cendol |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.