Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pemilik Rumah Makan Paotere Haji Tawakkal Sirat Meninggal Dunia

Tawakkal Sirat alias Haji Rola (60), pengusaha kuliner ikan bakar sekaligus pemilik Rumah Makan Paotere, meninggal dunia.

Editor: Edi Sumardi
DOK PRIBADI
PEMILIK RM PAOTERE - Kolase fcoto kenangan dan ucapan duka atas meninggalnya Haji Tawakal Sirat. Dia pemilik Rumah Makan Paotere. 

Daeng Gassing pun mengajak pria kelahiran Ujungpandang, 17 Maret 1965, itu tinggal di rumahnya seraya meminta bantuan mengelola usaha. Usaha dijalankan, yakni warung makan kaki lima di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar.

Mulai saat itu, sekitar tahun 1980, Tawakkal pun mulai belajar mengelola warung makan, meracik bumbu, memasak, dan menghidangkan makanan kepada pelanggan.

“Waktu itu, saya masih SMP, sekolah sambil kerja di warung. Sekarang, tidak ada lagi anak-anak  mau begitu, gengsi-mi,” kenangnya seraya tertawa dalam perbincangan santai dengan Tribun di rumah makan barunya, RM Paotere, Jl Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea, Makassar, Senin (17/9).

Dari situlah, alumnus SMP Negeri 7 Makassar ini belajar mengelola warung makan.

Bekerja di warung sepulang sekolah tak sulit dijalaninya. Sekolahnya di Jl Cakalang, tak jauh dari tempat tinggalnya sekaligus warung, Jl Sabutung.

Setamat SMP, Tawakkal melanjutkan pendidikannya pada sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi. Selain mengandalkan hasil keringat, ia juga mengandalkan hasil panen lima petak sawah di kampungnya, Labakkang, Pangkep, membiayai pendidikannya.

Hingga kuliah pada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen LPI, Makassar, memilih program studi perbankan dan keuangan, Tawakkal tetap tak gengsi berjualan hidangan laut sambil kuliah hingga tamat.

Sebelum atau sepulang kuliah, pelanggan dilayani.

Warung pamannya tak menyediakan lauk. Hanya menyediakan nasi, lalapan, dan sayur. Pelanggan menyediakan ikan, cumi, atau udang segar. Lalu dibakar dan disantap di warung tersebut.

“Dulu, begitu modelnya (layanannya), karena pembeli adalah orang yang membeli ikan di lelong (TPI Paotere). Mereka (tubuhnya) bau ikan, kakinya berlumpur, tidak pakai sandal. Isitilahnya paku lonting,” kata Tawakkal mengenakan kaos polo hitam ketat di meja makan, usai peresmian rumah makannya, kemarin.

Sekitar 12 tahun ikut mengelola warung pamannya, Tawakkal mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan berbisnis kuliner laut (seafood).

Ia pun mencoba mengambil alih usaha pamannya dan memindahkan di tempat tak jauh dari tempat semula.

Anak ketiga dari lima bersaudara ini meminta pamannya kembali ke kampung di Labakkang, untuk beristirahat.

Hingga akhir hayat, dirinya selalu siap membiayai hidup pamannya. Tawakkal tak tega pamannya masih bekerja di warung pada usianya yang sudah lanjut.

Dari kaki lima di kolong rumah menjadi rumah makan di bangunan rumah toko atau ruko. Bagunan ruko itu disewa sebab belum memiliki modal cukup. Tempatnya pun bersih dan tak lagi dipenuhi lalat serta bau menyengat.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved