Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sosok Dosen IAIN Bone Wakili Indonesia di Dua Festival Seni Bergengsi Dunia

Fitrya menegaskan pentingnya pendekatan seni dan kesadaran tubuh dalam pendidikan anak usia dini.

Penulis: Wahdaniar | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
KAMPUS- Potret Dosen PIAUD IAIN Bone, Fitrya Ali Imran (kupluk abu-abu) saat mewakili Indonesia dalam ajang seni dan riset Internasional. Fitrya berharap setelah mengikuti ajang internasional ini bisa menjadi bahan pengajaran untuk mata kuliah.  

TRIBUN-TIMUR.COM, BONE- Dosen Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiyah IAIN Bone, Fitrya Ali Imran terpilih mewakili Indonesia dalam dua ajang seni dan riset internasional bergengsi pada tahun 2025.

Keduanya ialah Island Echoes Body, Land, and Sea di kawasan Nordik (Faroe Islands dan Denmark), serta Fremantle Biennale 2025 di Australia.

Program tersebut di diselenggarakan oleh Convoi Exceptionnel yang mempertemukan seniman dari kawasan Nordik dan Indonesia untuk melakukan riset artistik bertema 'building artistic bridges between North and South'

Dalam program tersebut, Fitrya berkolaborasi dengan dua seniman Indonesia, Abdi Karya dan Wahyu Wahyuddin, mengeksplorasi hubungan antara tubuh, tanah, dan laut sebagai ruang pengetahuan budaya.

Fitrya menegaskan pentingnya pendekatan seni dan kesadaran tubuh dalam pendidikan anak usia dini.

 “Anak-anak belajar bukan hanya melalui kata, tetapi juga melalui gerak, pengalaman, dan hubungan mereka dengan alam. Melalui seni, kita dapat menanamkan empati, disiplin, dan penghargaan terhadap keberagaman,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (10/11/2025). 

"Acaranya itu kemarin di Oktober, 6 sampai 21 Oktober 2025 di Faroe Islands, Holstebro, dan Kopenhagen, Denmark," sambungnya. 

Menurutnya, hasil riset dan dokumentasi kegiatan tersebut akan diintegrasikan ke dalam kurikulum serta program pengabdian masyarakat Prodi PIAUD IAIN Bone, dengan basis budaya Bugis-Makassar.

Dirinya mengaku program ini juga menjadi bagian dari persiapan Island Echoes Makassar 2026, di mana ia berperan sebagai co-kurator dan pendamping riset pendidikan berbasis seni. 

Selain itu, pada November ini Fitrya mengaku akan tampil dalam Fremantle Biennale 2025, pameran seni kontemporer internasional bertema 'Sanctuary' di Australia. 

Ia berkolaborasi dengan seniman Australia-Filipina Sherry Quiambao dalam karya video instalasi dan pertunjukan berjudul 'To Hold and Pour' yang mengangkat praktik mandi dan perawatan diri di Asia Tenggara sebagai refleksi tubuh, spiritualitas, dan kesadaran diri.

Menurutnya, karya-karya tersebut memiliki relevansi kuat dengan pembentukan karakter dan nilai afektif anak usia dini.

 “Nilai-nilai pendidikan anak usia dini sejatinya dekat dengan dunia seni sampai mengajarkan anak mengenal tubuhnya, memahami lingkungan, dan mengekspresikan diri secara sehat,” jelasnya.

Dirinya berharap setelah mengikuti ajang internasional ini bisa menjadi bahan pengajaran untuk mata kuliah seperti Metodologi Pembelajaran Seni Anak Usia Dini dan Pengembangan Kreativitas Anak.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved